Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mulutmu Adalah Harimau Mu

23 Juli 2020   19:56 Diperbarui: 25 Juli 2020   08:44 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mengapa begitu banyak tulisan "Jaga Mulutmu. Mulutmu adalah harimaumu!" Jikalau boleh tahu?." Pancing Robert sedikit bersiasat untuk mengorek keterangan dari kawannya ini.

Jonathan tersenyum lebar. Dia lalu memandang isterinya, sepertinya minta persetujuan. Isterinya mengangguk sebagai tanda setuju bagi Jonathan untuk menceritakannya.

"Sebenarnya tulisan itu untuk diriku sendiri." Jelas Jonathan.

"Lho?" Celetuk Robert keheranan.

Jonathan kembali tersenyum. Sikapnya banyak berubah sejak terakhir pertemuan mereka. Sekarang dia lebih banyak tersenyum dan kelihatan sekali jika wajahnya sangat sabar.

"Ceritanya cukup panjang. Tapi ku ringkas saja, ya." Kata Jonathan melanjutkan. Robert hanya diam melihat sikap serius kawannya. Pastilah sangat menarik. Kalau tidak, mana mungkin kawan karibnya yang dia kenal sangat vokal ini sampai mau mengasingkan diri di tempat pertapaan seperti ini.

"Dulunya aku tidak bisa diam jika melihat hal yang tidak lurus di masyarakat. Dan saya yakin kamu masih ingat akan hal itu."  Kata Jonathan memulai ceritanya. Robert hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Tetapi setelah puluhan tahun dan terlebih ketika aku sudah punya anak, hal-hal yang aku lakukan itu sepertinya sangat sedikit manfaatnya. Malahan sangat berbahaya bagiku dan terutama sekali bagi anak isteriku.."

"Kok bisa?" Celetuk Robert tak tahan tidak bertanya.

Jonathan menarik nafas panjang, seperti sejuta beban menghimpit dadanya. "Kamu bayangkanlah." Tukas Jonathan sambil menggelengkan kepala. "Sewaktu di perusahaan Plywood dan Perkebunan sawit. Aku pernah mengkritik keras para manajemen dan pemilik perusahaan, karena karyawan hanya di gaji maksimal lima ratusan ribu rupiah sementara para teknisi dari Singapura, Malaysia dan Philipina di bayar minimal enam puluhan juta rupiah sebulan,  belum lagi mereka dapat tambahan berbagai tunjangan. Padahal beban kerja dan keterampilan kurang lebih sama. Aku rasa hal itu sungguh tidak adil dan merupakan pelecehan terhadap kita warga negara Indonesia. Kamu tahu apa akibatnya? Aku dimutasikan ke hutan dan ditempatkan dibagian dimana aku hidup segan matipun tak mau. Lalu ketika kita sama-sama di LSM kemarin, kamu ingatkan ketika ditugaskan untuk meneliti kepedalaman dengan dana hibah milyaran rupiah dari luar negeri?" Tanya Jonathan sambil menatap Robert.

"Masih ingat!" Jawab Robert sambil mengangguk ringan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun