Gotong-royong, tenggang rasa yang selalu menyatu.
Kini kota adalah panggung sandiwara: sibuk menyalahkan, lupa bersikap,
Budaya tergeser, rasa kemanusiaan perlahan meratap.
Mari kita lihat ke dalam diri,
Menyadari pembangunan bukan sekadar milik pemimpin negeri.
Sampah itu tanggung jawab kita, genangan air adalah cermin kelalaian,
Bersama kita mampu bergerak, menjadikan hidup penuh kesadaran.
Berhenti hanya peduli di dunia maya,
Hadirkan uluran nyata, bukan sekadar kata.
Mari genggam kembali makna gotong-royong yang dulu kita banggakan,
Agar di balik pembangunan, jiwa dan budaya tetap kita pertahankan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!