Mohon tunggu...
Nusa Bunga
Nusa Bunga Mohon Tunggu... Guru - Flores

Berita dan Opini

Selanjutnya

Tutup

Money

Menyulap Hama Menjadi Uang

25 November 2024   21:26 Diperbarui: 25 November 2024   23:11 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oleh: Klementinus Elenora 

Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan hasil alam. Termasuk gulma tanaman (rumput) juga banyak sekali ditemukan di Indonesia. Petani Indonesia menyebut rumput sebagai gulma karena mengganggu tanaman pokoknya. Gulma mulai dari rumput yang berdaun kecil sampai pada tumbuhan yang berdaun lebar.

Bambu tergolong sebagai rumput raksasa. Pasti banyak yang belum tahu atau tidak menduga bahwa bambu adalah rumput. Padahal rumput tersebut sering kita jumpai setiap hari, tetapi kita belum tahu kalau tanaman tersebut masuk dalam kategori rumput.

Ada banyak jenis bambu berdasarkan klasifikasinya. Di Flores bagian barat (Daerah Manggarai) dikenal antara lain Betong, Pering, Gurung, To'e, Helung, Belang dan lain-lain.

Selama ini, petani di Indonesia, tepatnya di Nusa Tenggara Timur Kabupaten Manggarai Barat, memposisikan atau menganggap bambu-bambu tersebut sebagai hama tanaman karena tidak berguna atau menghambat pertumbuhan tanaman lain. Hal ini mungkin disebabkan oleh kedudukannya yang sering menyebabkan tanaman lain tidak berbuah dan ada yang mati,  sehingga sering kali ada temuan rumpun bambu di Kabupaten Manggarai Barat dibakar oleh pemilik lahan dan ada juga yang ditebang sampai habis agar tidak mengganggu tanaman-tanaman lain seperti cengkeh, kopi, coklat, dan sebagainya.

Padahal manfaat dari rumpun bambu cukup banyak untuk semua makhluk hidup yang ada di jagat raya ini baik untuk manusia maupun hewan lainnya. Manfaatnya bisa dari sisi ekologi, sosial (budaya) maupun ekonomi. Hanya karena Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum tahu untuk mengolah bambu menjadi bahan yang cukup banyak kegunaannya.

Ketidaktahuan ini menyebabkan orang membakar, menebang habis dan membuangnya. Andaikata orang sudah mengetahui nilai atau harganya maka mereka akan melindungi dan membudidayakan seperti halnya cengkeh, cokelat, kopi, fanili dan lain-lain.

Ketika survey dilakukan terhadap kelompok-kelompok masyarakat pembibit bambu di Kabupaten Manggarai Barat yang didampingi oleh Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBLL) Manggarai Barat mengenai bambu yang tumbuh di sekitar kampung dan desa dampingan, ternyata rumpun-rumpun bambu tersebut ditanam oleh nenek moyang. Generasi milenial tidak menanam bambu sebelum ada ajakan dari YBLL untuk menanam bambu dalam arti konservasi air dan iklim. Karena itu pendampingan pada masyarakat ini sangat sulit dilakukan, namun setelah dijelaskan kegunaannya di masa depan setelah bambu tua, mereka baru mengerti itupun masih menjadi buah nada tanya karena benarkah bambu itu bisa dijual dan mendapatkan uang.

Di daerah Manggarai (Manggarai Barat, Manggarai & Manggarai Timur), rata-rata rumpun bambu tumbuh di kiri dan kanan sungai, daerah kemiringan yang cukup tajam dan di daerah mata air. Ketika ditilik dari lokasi tumbuhnya rumpun bambu tersebut, nenek moyang orang Manggarai memahami manfaat bambu dari segi ekologi. Kepandaian nenek moyang orang Manggarai lebih dimengerti bahwa penanaman bambu disepanjang sungai, tempat yang terjal dan jurang yang dalam akan mencegah longsor dan menyimpan air.

Tetua adat juga mengetahui bahwa bambu bagus ditanam di mata air karena dengan bambu mata air tidak pernah mati. Sayangnya, orang-orang muda tidak memahami hal itu dan menganggap bambu sebagai hama tanaman.

Tidak salah masyarakat menganggap bambu sebagai hama tanama karena memang SDM untuk menyulap bambu menjadi uang itu belum ada. Serta didukung oleh fakta yang terjadi di lapangan bahwa komoditi yang tumbuh di bawah atau berdampingan dengan rumpun bambu akan sulit tumbuh bahkan tidak berbuah sama sekali.

Pada pertengahan tahun 2021, sebuah kabar baik untuk masyarakat Flores NTT bahwa Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (Pemprov NTT) bekerja sama dengan Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBLL) untuk membudidayakan bambu di NTT khususnya di pulau Flores yang tersebar di 7 Kabupaten mulai dari Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo, Ende dan Sikka.

Hadirnya YBLL di NTT untuk melestarikan bambu serta mengedukasi kepada masyarakat NTT terkait manfaat bambu sangatlah besar dan mengandung resiko. Tidak semua tetapi cukup banyak masyarakat NTT ikut terlibat dalam program ini. Sejak saat itulah banyak masyarakat di NTT sedikit demi sedikit memahami soal bambu mulai dari hulu  sampai ke hilir. Bukan hanya mengedukasi manfaat bambu secara ekologi dan sosial (budaya) tetapi juga manfaat secara ekonomi.

Sehingga pada tahun 2022 muncullah Koperasi Multipihak Wanatani Bambu Lestari atau biasa disebut Koperasi BambooCoop yang berpusat di Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat. Di wadah inilah proses bagaimana hama (bambu) bisa disulap menjadi uang yang berdampak pada meningkatkan pendapatan petani khususnya petani bambu di Manggarai Barat Pulau Flores dan umumnya di NTT.

Pada tahun 2023 koperasi BambooCoop mulai beroperasi dengan membangun pabrik laminasi bambu Mosedia. Usaha ini membutuhkan batang bambu yang cukup banyak jumlahnya untuk mensuplai bahan baku pabrik. Bahan baku yang dicari adalah bahan baku yang cocok untuk dijadikan bahan baku produksi laminasi seperti batangnya yang lurus, tua, berdiameter tertentu.

Dari situ masyarkat bisa menjual batang yang sesuai dengan spesifikasi pabrik. Karena bahan baku yang digunakan bagian bawahnya saja, maka masyarakat harus punya ketrampilan khusus untuk memnafaatkan sisa bahan baku laminasi tesebut.

YBLL mencoba mengajarkan berbagai macam industri kecil sehingga mereka bisa menjual bambu yang bagian bawah ke pabrik dan memanfaatkan bagian atasnya untuk industry rumah tangga. Disinilah petani bambu mulai berubah pola pikirnya bahwa bambu juga bisa mengahasilkan uang dan tidak lagi merasakan bahwa bambu merupakan hama tanaman.

Ternyata kebutuhan bahan baku sangat banyak, dan rumpun bambu yang tadinya dilihat sudah banyak menjadi tidak cukup. Karena itu, Pemerintah Daerah mencoba menyarankan menanam bambu untuk bisa dipanen 5 (lima) tahun kemudian. Kebutuhan bahan baku akan meningkat sejalan dengan peningkatan produksi pabrik.

Selain menjual ke pabrik, masyarakat sudah mulai berpikir bagaimana bibit bambu yang sudah dibuat juga bisa dijual. Selain itu, bagaimana bila sisa bambu bagian atas dibuat naja untuk digunakan sebagai bilik, lantai rumah yang mungkin akan dibuat dengan naiknya arus wisatawan dan pelatihan pengawetan bambu juga dilakukan oleh YBLL sehingga masyarakat bisa mengawetkan bambu untuk digunakan sebagai bahan baku konstruksi rumah, mebel dan lain-lain.

Pabrik bambu laminasi ini merupakan pabrik pertama di Indonesia dan juga terbesar di pulau Flores NTT yang dikelola oleh Koperasi BambooCoop. Nama pabriknya adalah Rumah Produksi Bersama (RPB) Mosedia (dari bahasa asli daerah Manggarai "Mose Di'a" yang berarti Hidup Baik atau Hidup Membaik). Dengan harapan, hadirnya RPB untuk menjadi kehidupan petani khususnya petani bambu semakin membaik.

Pada awal Januari 2024, RPB Mosedia mulai beroperasi dengan membutuhkan bambu petung setiap hari sebanyak 200 log (satu truk) dengan ukuran panjang 260 cm (2,6 m) dan diameter minimal 10 cm.

200 log bambu petung ukuran panjang 2,6-meter sekitar 40 - 50 batang bambu dalam sehari. Satu  minggu 1.000 log sekitar 200 - 250 batang bambu. Satu bulan 4.000 log sekitar 800 - 1.000 batang bambu. Dalam satu tahun kebutuhannya 48.000 log sekitar 9.600 - 12.000 batang bambu.

Proses pemanenan bambu bekerja sama dengan YBLL untuk mendampingi dalam proses sistem pemanenan Hutan Bambu Lestari (HBL) di lapangan. Mulai dari kelayakan rumpun (minimum 20 batang per rumpun), umur batang bambu (lebih dari 3 tahun), cara panen (tebang pilih dan dilarang tebang habis) sesuai kaedah yang sudah ditetapkan oleh YBLL sehingga rumpun bambu akan hidup berkelanjutan dan tidak rusak.

Ketika bambunya sudah dipanen sesuai permintaan Koperasi BambooCoop, disortir berdasarkan kelas diameter masing-masing untuk menghitung jumlah uang yang akan diterima oleh petani bambu.

Panjang 2,6-meter dengan diameter 10 - 12 cm harganya Rp. 6.000, diameter 12,1 - 14 cm harganya Rp. 8.000 dan diameter 14 cm keatas harganya Rp. 10.000. Sehingga rata-rata pendapatan petani bambu dari 200 log bambu petung yang panjang 2,6-meter sekitar Rp. 1.600.000 (biaya pengiriman ditanggung oleh Koperasi BambooCoop).

Oleh karena itu, Koperasi BambooCoop mengeluarkan dana untuk membeli bambu kepada satu petani bambu dalam satu hari sekitar Rp. 1.600.000, satu minggu Rp. 8.000.000, satu bulan Rp. 32.000.000 dan satu tahun Rp. 384.000.000.

Tak menyangka, bambu yang sebelumnya dianggap sebagai hama tanaman, sekarang berubah menjadi salah satu komoditi andalan para petani. Itu semua berkat dari kecanggihan teknologi yang didukung oleh SDM, sehingga bisa menyulap hama menjadi sahabat dengan mengahasilkan uang.

Hasil ini dapat diterima lebih bila kapasitas produksi akan bertambah di tahun yang akan datang dan kesediaan bahan baku terjamin. Penghasilan tersebut diatas hanya diperoleh dari jual batang bambu sepanjang 2,6 m x 5 = 13 m. Padahal panjang batang bambu berkisar antara 20 - 30 m. Bila masyarakat cerdik, akan mendapatkan uang lebih banyak karena sisa batang yang sudah terjual bisa dibuat kerajinan, naja, jual batang bulat, dan lain-lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun