Hadirnya YBLL di NTT untuk melestarikan bambu serta mengedukasi kepada masyarakat NTT terkait manfaat bambu sangatlah besar dan mengandung resiko. Tidak semua tetapi cukup banyak masyarakat NTT ikut terlibat dalam program ini. Sejak saat itulah banyak masyarakat di NTT sedikit demi sedikit memahami soal bambu mulai dari hulu  sampai ke hilir. Bukan hanya mengedukasi manfaat bambu secara ekologi dan sosial (budaya) tetapi juga manfaat secara ekonomi.
Sehingga pada tahun 2022 muncullah Koperasi Multipihak Wanatani Bambu Lestari atau biasa disebut Koperasi BambooCoop yang berpusat di Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat. Di wadah inilah proses bagaimana hama (bambu) bisa disulap menjadi uang yang berdampak pada meningkatkan pendapatan petani khususnya petani bambu di Manggarai Barat Pulau Flores dan umumnya di NTT.
Pada tahun 2023 koperasi BambooCoop mulai beroperasi dengan membangun pabrik laminasi bambu Mosedia. Usaha ini membutuhkan batang bambu yang cukup banyak jumlahnya untuk mensuplai bahan baku pabrik. Bahan baku yang dicari adalah bahan baku yang cocok untuk dijadikan bahan baku produksi laminasi seperti batangnya yang lurus, tua, berdiameter tertentu.
Dari situ masyarkat bisa menjual batang yang sesuai dengan spesifikasi pabrik. Karena bahan baku yang digunakan bagian bawahnya saja, maka masyarakat harus punya ketrampilan khusus untuk memnafaatkan sisa bahan baku laminasi tesebut.
YBLL mencoba mengajarkan berbagai macam industri kecil sehingga mereka bisa menjual bambu yang bagian bawah ke pabrik dan memanfaatkan bagian atasnya untuk industry rumah tangga. Disinilah petani bambu mulai berubah pola pikirnya bahwa bambu juga bisa mengahasilkan uang dan tidak lagi merasakan bahwa bambu merupakan hama tanaman.
Ternyata kebutuhan bahan baku sangat banyak, dan rumpun bambu yang tadinya dilihat sudah banyak menjadi tidak cukup. Karena itu, Pemerintah Daerah mencoba menyarankan menanam bambu untuk bisa dipanen 5 (lima) tahun kemudian. Kebutuhan bahan baku akan meningkat sejalan dengan peningkatan produksi pabrik.
Selain menjual ke pabrik, masyarakat sudah mulai berpikir bagaimana bibit bambu yang sudah dibuat juga bisa dijual. Selain itu, bagaimana bila sisa bambu bagian atas dibuat naja untuk digunakan sebagai bilik, lantai rumah yang mungkin akan dibuat dengan naiknya arus wisatawan dan pelatihan pengawetan bambu juga dilakukan oleh YBLL sehingga masyarakat bisa mengawetkan bambu untuk digunakan sebagai bahan baku konstruksi rumah, mebel dan lain-lain.
Pabrik bambu laminasi ini merupakan pabrik pertama di Indonesia dan juga terbesar di pulau Flores NTT yang dikelola oleh Koperasi BambooCoop. Nama pabriknya adalah Rumah Produksi Bersama (RPB) Mosedia (dari bahasa asli daerah Manggarai "Mose Di'a" yang berarti Hidup Baik atau Hidup Membaik). Dengan harapan, hadirnya RPB untuk menjadi kehidupan petani khususnya petani bambu semakin membaik.
Pada awal Januari 2024, RPB Mosedia mulai beroperasi dengan membutuhkan bambu petung setiap hari sebanyak 200 log (satu truk) dengan ukuran panjang 260 cm (2,6 m) dan diameter minimal 10 cm.
200 log bambu petung ukuran panjang 2,6-meter sekitar 40 - 50 batang bambu dalam sehari. Satu  minggu 1.000 log sekitar 200 - 250 batang bambu. Satu bulan 4.000 log sekitar 800 - 1.000 batang bambu. Dalam satu tahun kebutuhannya 48.000 log sekitar 9.600 - 12.000 batang bambu.
Proses pemanenan bambu bekerja sama dengan YBLL untuk mendampingi dalam proses sistem pemanenan Hutan Bambu Lestari (HBL) di lapangan. Mulai dari kelayakan rumpun (minimum 20 batang per rumpun), umur batang bambu (lebih dari 3 tahun), cara panen (tebang pilih dan dilarang tebang habis) sesuai kaedah yang sudah ditetapkan oleh YBLL sehingga rumpun bambu akan hidup berkelanjutan dan tidak rusak.