Mohon tunggu...
Widianto.H Didiet
Widianto.H Didiet Mohon Tunggu... Model - Pria Tampan Pencari Cinta

Seorang pecinta seni yang mencari makan dari dunia kreatif, suka jalan jalan selama tidak menyusahkan dan tentunya sangat menikmati Wisata Kuliner sebagai kebutuhan wajib yang tidak bisa ditinggalkan. Aktif di dunia fotografi sebagai praktisi, hobi dan sekaligus pengisi pundi pundi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Foto vs Video

24 Juli 2015   01:48 Diperbarui: 24 Juli 2015   01:48 1851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fotografi vs Videografi

Banyak yang mengatakan bahwa Fotografi dan Videografi berbeda aliran. Sebetulnya kedua aliran ini adalah satu hal yang sama. Baik Fotografi dan Videografi adalah aliran yang "menangkap cahaya.

Fotografi menangkap cahaya dan ditampilkan dalam 1 Frame sedangkan Videografi menangkap cahaya dan ditampilkan dalam beberapa frame yang diputar secara cepat sehingga gambar terlihat bergerak (umumnya 25 frame perdetik, bahkan sekarang bisa lebih banyak frame perdetik untuk mendapatkan gambar yang lebih halus).

Kelebihan Videografi adalah umumnya ditambahkan Audio sehingga gambar bergerak mempunyai kesan lebih hidup.

Perbedaan yang nyata dari kedua aliran ini adalah media penyajinya. Fotografi umumnya disajikan dalam bentuk media kertas foto, sedangkan videografi disajikan dalam media Televisi, Layar Proyektor bahkan dalam Layar HP sekalipun.

Bisakah foto ditampilkan dalam layar seperti film? Bisa.

Bisakah video disajikan dalam bentuk kertas foto? bisa,
untuk membuatnya bergerak dalam bentuk kertas juga bisa. (caranya: ingat waktu bikin gambar di sudut buku waktu bosen sama pelajaran di kelas dulu?)

Bahkan seni Fotografipun bisa disajikan dalam seni Videografi..

Walau dengan tambahan audio dan terlihat bergerak, tetap saja teknis dari kedua aliran ini adalah sama: "menangkap cahaya" dengan penyajian yang berbeda....

Benarkah Videografi lebih sulit?

Ada yang mengatakan Videografi lebih sulit dari Fotografi.
Benarkah demikian?

Kalau menurut saya, lebih repot pasti.
Lebih sulit? belum tentu..

Seperti yang sudah diketahui, hasil akhir sebuah karya Videografi merupakan susunan dari beberapa Video yang disusun hingga membentuk sebuah karya Video yang merupakan gambar bergerak, dengan ditambah audio dan membuat sebuah Cerita.

Inti yang paling penting dari sebuah karya fotografi dan videografi adalah "Ide Cerita". Mampukah si fotografer dan videografer menyampaikan ide ceritanya dalam karyanya?

Dengan bantuan Gambar yang bergerak dan Audio seperti narasi dan musik, tentunya akan lebih mudah bagi seorang videografer dalam menyampaikan sebuah ide pada pemirsanya, belum lagi tak ada batasan durasi dalam sebuah karya videografi. Selama pemirsanya masih betah untuk menonton hasil karyanya, video itu bisa berdurasi sepanjang apapun.

Bandingkan dengan sebuah karya foto. Seorang Fotografer harus bisa menampilkan idenya dalam satu frame. ingat, hanya satu frame, tanpa bantuan audio ataupun gerakan seperti dalam bentuk videografi.

Dengan penguasaan alat, baik videografer ataupun fotografer tentunya sama-sama bisa untuk mendapatkan gambar yang baik. Dalam artian warna yang indah, dan juga komposisi yang baik akan bisa secara mudah di dapat oleh keduanya jika mereka menguasai alat yang digunakan.

Namun untuk menyampaikan sebuah ide cerita dan mewujudkannya dalam sebuah karya, mana yang lebih sulit? sebuah karya yang diam dan hanya terdiri dari 1 frame ataukah sebuah karya yang berupa gambar bergerak ditambah dengan audio dan narasi suara?

Pengolahan Hasil Akhir sebuah Karya

Dalam pengolahan karya fotografi ataupun videografi, Seorang Fotografer dan Videografer yang berperan sebagai Editor membutuhkan alat yang harus sangat mumpuni,dalam artian sebuah komputer yang mampu untuk bekerja cepat dan juga tidak ketinggalan Jaman.

Kenapa demikian? karena teknologi yang terus bergerak dimana ukuran file yang makin besar dan akan menjadi masalah jika menggunakan komputer yang ketinggalan jaman.

Perbedaan dari keduanya adalah, untuk "menyelesaikan" sebuah karya Fotografi tidak serepot menyelesaikan sebuah karya videografi.

Sebuah karya Fotografi, cukup dipindahkan dari kamera dan dilakukan polesan melalui komputer. Cukup 1 frame dan di edit dengan software pengolah foto. Kecuali jika Karya Fotografi yang disajikan merupakan olah digital yang menggabungkan beberapa foto, akan ada beberapa frame yang perlu diolah. Namun tetap saja hasil akhir hanya akan berupa 1 frame.

Sebuah karya Videografi, dimana untuk membuat satu karya videografi yang bercerita membutuhkan beberapa video yang disusun menjadi sebuah karya videografi. Ditambah lagi dengan Musik dan audio untuk memperkuat cerita.

Untuk mengedit sebuah karya videografi yang serius, jelas membutuhkan waktu yang lebih lama. Menyusun potongan-potongan video, memberikan musik yang tepat belum lagi memberi efek untuk memperbaiki gambar ataupun suara pada video tersebut.

Belum lagi, setelah proses editing selesai, seorang videografer wajib menonton hasil editingnya agar tau apakah ada yang masih belum benar. Bayangkan jika karya videonya berdurasi 4 jam, si videografer harus membuang waktu selama 4 jam untuk menonton karyanya.

Sangat berbeda dengan karya fotografi yang hanya terdiri dari 1 frame, dalam proses editnya, sang fotografer hanya perlu melihat 1 foto, gambar yang tidak bergerak untuk memastikan apakah editannya sudah benar atau belum.

Jadi, dalam hal "repot", jelas dalam mengedit karya video akan jauh lebih repot.

Hasil Akhir Karya Fotografi dan Videografi

Secara seni, Fotografi dan Videografi mempunyai penggemar masing-masing. Dimana kedua bidang seni ini mempunyai komunitas tersendiri yang sangat fanatik.

Namun dengan melihat penyajian akhir kedua karya ini, fotografi akan lebih mudah untuk dinikmati. Secara media akhirnya tidak membutuhkan elektronik apapun untuk dapat melihatnya. Cukup hanya dicetak di selembar kertas dan karya fotografi dapat dinikmati hingga ratusan tahun.

Berbeda dengan Videografi, tanpa listrik akan sangat sulit untuk menikmati karya videografi. Walau di media yang sudah sangat umum dan hampir dimiliki setiap orang seperti HP, karya videografi dapat dilihat, namun kenikmatannya akan sangat berbeda dengan menikmatinya di layar besar.

Belum lagi formatnya yang berubah-ubah, dari media film ke digital hingga alat penyajinya pun berubah-ubah. Belum lagi di era digital yang mengalami perubahan resolusi (ukuran) dari jaman ukuran kecil hingga ukuran 4k sekarang ini, tentunya merepotkan dalam penyajiannya. Bahkan salah codec saja bisa mengakibatkan video gagal terputar...

Untuk kemudahan penyajian, karya fotografi jauh lebih mudah disajikan jika dibandingkan dengan karya videografi.

Dengan melihat fakta diatas, Jika dikatakan bahwa Videografi akan menyingkirkan Fotografi dengan mudah, Menurut saya tidaklah semudah itu.

Prospek Bisnis Fotografi dan Videografi

Secara Bisnis, saat sekarang ini adalah titik yang sangat rawan untuk bidang fotografi. Dengan "meledaknya" digital camera, sampai-sampai Camera HP saat ini memiliki kemampuan yang sangat mumpuni, bahkan mengalahkan kualitas DSLR generasi awal, semakin banyak orang yang bisa memotret tanpa harus belajar fotografi lebih dulu. Tinggal pencet dan jadilah sebuah foto.

Jika dulu, sebuah keluarga banyak yang pergi ke studio foto untuk membuat foto keluarga, sekarang ini, cukup dengan kamera digital maka jadilah foto keluarga. Jelas lebih mudah karena mereka bisa melihat hasilnya secara langsung.

Bahkan kamera digital kelas DSLR saat ini harganya sudah sangat murah. Bandingkan jika dulu untuk mendapatkan sebuah kamera DSLR, kita harus mengeluarkan uang puluhan juta. Sekarang, dengan beberapa juta saja kita sudah bisa mendapatkan kamera DSLR. Hal ini membuat semakin banyak orang yang menjadi fotografer. Baik fotografer beneran yang menguasai teknis ataupun sekedar gaya-gayaan.

Mengedit fotopun bisa dilakukan dengan mudah. Dengan program baik yang bajakan atau yang gratisan, semua bisa dilakukan. Mempelajarinyapun bukan hal yang rumit karena ada juga program yang langsung mengubah foto menjadi seperti yang diinginkan. Semua bisa menjadi fotografer sekarang.

Bahkan ada istilah "Fotografer Sabtu-Minggu" dimana mereka hanya menjadi fotografer di hari libur mereka, sedangkan pekerjaan utamanya bukanlah fotografer. Yang kadang disesalkan, kadang mereka mematok harga yang jauh dibawah harga pasar, karena toh mereka hanya "iseng-iseng" untuk sekedar mencari tambahan.

Jelas, persaingan di bidang fotografi jauh lebih sulit. Dengan kemudahan digital ini dan banyaknya persaingan membuat harga jual karya fotografi menjadi jatuh. Sangat jatuh hingga nyaris masuk titik terendah.

Kita bisa lihat kenyataannya sekarang dengan banyaknya studio foto yang membanting harga hingga membuat shock sesama fotografer. Walau katanya ada harga ada kualitas, dengan kondisi ini, membuat banyak fotografer berkualitas yang terpaksa menurunkan harga karena sepinya job atau bahkan alih profesi ke bidang lain.

Untuk Videografi, saat ini masih merupakan bidang dengan "pemain" yang tidak sebanyak fotografi. Jika dibandingkan, jumlah videografer mungkin tidak mencapai 1/10 dari jumlah fotografer.

Memang dengan kemajuan jaman, kamera foto DSLR bahkan HP, saat ini bisa digunakan sebagai kamera video dengan kemampuan yang sangat mumpuni. Namun perlu diingat, menyusun rangkaian video menjadi sebuah karya videografi yang utuh sangat repot dan cukup memakan waktu.

Dengan melihat kesulitan dan terutama kerepotan dalam prosesnya, sepertinya inilah alasan kenapa tidak semua fotografer dapat dengan mudah beralih menjadi seorang videografer.

Biasanya seorang fotografer bidang dokumentasi, menyerahkan video dokumentasinya kepada videografer. Bahkan karena saat ini jumlah fotografer lebih banyak, adakalanya seorang videografer menjadi vendor dari beberapa fotografer.

Jadi untuk prospeknya, sepertinya bidang videografi untuk saat ini akan sangat menguntungkan dari pada berkutat di bidang fotografi, dengan catatan, kemampuan yang mumpuni dan keseriusan dalam berbisnis, dimana penambahan modal untuk menekuni bidang videografi yang tentunya membutuhkan beberapa alat yang berbeda dari alat fotografi.

Kesimpulan

Dengan melihat dari berbagai sudut mengenai Fotografi dan Videografi, Jika anda harus untuk memilih untuk mendalami kedua bidang ini, sebaiknya anda memilih dari sisi mana anda akan menempatkan diri anda.

Jika anda berpikir secara seni cobalah untuk mendalami fotografi terlebih dahulu. Investasikan dana anda untuk membeli alat-alat fotografi, seperti misalnya lensa, lighting studio ataupun aneka filter. Kenali aneka pencahayaan baik cahaya alam ataupun cahaya buatan.

Walaupun "penampilannya" tidak semenarik video yang bisa bergerak dan ada suara, karya foto akan tetap diminati. Baik karena kemudahaannya dalam ditampilkan ataupun secara "seni"nya.

Dengan pengetahuan dasar yang mumpuni di bidang fotografi untuk pengambilan gambar, akan lebih mudah untuk beralih ke bidang videografi dan jika anda selanjutnya akan mendalami videografi, anda telah menguasai teknis pengambilan gambar, tinggal beberapa lagi yang harus anda pelajari seperti pembuatan script dan pengolahan audio, juga tentunya editing karena editing video sangat berbeda dengan editing foto.

Dengan mempelajari fotografi terlebih dahulu tentunya ilmu dasar dari videografi tentang pengambilan gambar yang baik akan anda dapatkan.

Namun jika ingin berbisnis, untuk saat ini investasikan di alat-alat videografi, seperti lighting, aneka alat bantu shooting dan sebagainya tentunya mencakup lensa karena lensa yang dibutuhkan untuk videografi kadang berbeda dengan lensa fotografi, sedangkan cukup cari videografer handal sebagai tenaga kerja. Hal ini memakan waktu lebih cepat daripada harus belajar fotografi lebih dulu.

Dengan memilih bidang videografi sebagai lahan bisnis, saat ini akan jauh lebih mudah untuk mencari klien dibandingkan bidang fotografi dan tentunya pemasukan akan lebih besar.   

Jakarta, 24 Juli 2015

Widianto H Didiet

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun