Pola pikirpun terpengaruh dengan budaya barat yang sok bermoral. Kenapa demikian? Setelah masuknya budaya luar, bangsa kita dicekoki dengan pola pikir bahwa memperlihatkan tubuh itu berdosa, mesum, dilarang dan sebagainya tanpa melihat latar belakang budaya kita sendiri, dimana mungkin di tempat asal budaya luar itu berada, jangankan melihat dada telanjang, melihat betis saja sudah bisa mengakibatkan perkosaan. Berbeda dengan budaya kita yang sudah santun dari dahulu kala. Akibat dari pengaruh budaya luar tersebut kini banyak sekali pemirsa foto yang tanpa mempelajari tentang seni, mencap bahwa Nude Photography adalah sebuah Pornography yang tidak layak ditayangkan bahkan disaksikan.
Nah, maka dari itu, sangat tidak mudah menyamakan persepsi apakah Nude Photography itu adalah porno atau tidak. Semua tergantung dari kemajuan pola pikir dari sang pemirsa, yang mana sangat dipengaruhi oleh komunitas, negara ataupun budaya dimana sang pemirsa itu hidup.
Itu dari segi pola pikir. Tapi sebagai seorang hamba seni, terutama fotografi. Kita harus melepas semua jubah yang menghambat penerimaan akan karya seni ini agar kita bisa benar-benar mempelajari salah satu aliran dari dunia fotografi yang kita cintai.Dimana dengan mempelajari semua aliran dari fotografi, kita akan menambah ilmu yang kita miliki. Bahkan di dunia fotografi profesionalpun tidak tertutup kemungkinan kita akan menerima job berupa Nude Art Photography.
Semuanya adalah pilihan. Tak ada paksaan dari seni, apapun alirannya. Yang berbicara adalah rasa. Rasakan dulu tanpa batasan yang membelenggu. Baru katakan dengan jujur dari hati; Apakah itu Pornografi atau Keindahan Seni.
Salam Jepret
Widianto H Didiet
Oktober 2012
andaikan jaman dulu sudah ada kamera, Michael Angelo gak bakal capek2 nggambar ini (klik ya!)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H