Di dalam rumah, Nina bak penjahat yang sedang diinterogasi oleh aparat. Dia ditanya ini itu sambil dipukul dan dicubit oleh Bapaknya. Sial bagi Nina dia punya seorang Bapak yang berperangai kasar dan suka main tangan seperti Kasmidi. Sepanjang interogasi berlangsung, Nina tidak juga buka suara perihal apa yang membuat dia dua kali lari dan sembunyi di kebon. Meylani mendorong Kasmidi sampai jatuh ke tanah, tak tahan dia melihat kelakuan suaminya yang kasar terhadap anaknya.
"Sudah sinting kamu ya, bisanya main pukul saja sama anak," Meylani menarik Nina ke pelukannya.
"Kau juga nggak becus, manjain dia terus sampai-sampai kelakuannya kayak gini. Kabur-kaburan, sembunyi di kebon. Gak habis pikir aku ini."
"Kan kau bisa tanya dia baik-baik, gak perlu asal main pukul pukul aja."
"Terserah kamu lah."
Uwak Lastri yang merasa ikut terseret dalam kasus inipun mulai memberi saran kepada saudaranya, Kasmidi.
"Kas, apa gak sebaiknya kamu datangin itu si Ki Jarwo ke rumah," kata Lastri sambil bisik-bisik takut Meylani dengar. "Habis aku punya perasaan gak enak sama anakmu ini, dia kok kayaknya ketempelan sesuatu Kas." katanya kemudian. "Soalnya, perangainya itu agak aneh kalau aku perhatikan, masa kamu gak ngerasa si Kas. Wong tadi saja di kebon pisang aku lihat ada pocong nyender di belakang anakmu." lanjut Lastri sambil bergidik ngeri.
"Ah yang bener kamu nih, masa anakku ketempelan setan. Ngaco kamu!"
"Heh, mana ada anak normal tiba-tiba kabur-kaburan dan sembunyi di kebon?, aneh toh, wong bocah 9 tahun kok bisa punya pikiran kayak gitu, apa menurutmu dia itu baik-baik aja? Buatku sih ini aneh Kas, aneh ini."
Kasmidi hanya mendengarkan perkataan si Lastri.
Keesokan harinya, Bapak, Ibu, dan Neno sengaja bangun pagi sekali untuk berjaga-jaga dan memastikan jikalau Nina berniat kabur lagi, mereka bisa langsung mencegatnya. Ternyata benar, tepat pukul 5 pagi, Nina keluar dari kamarnya. Namun kali ini dia tidak pergi lewat pintu belakang melainkan pintu depan. Dia sudah tidak bisa lagi sembunyi di kebon salak maupun kebon pisang. Opsi terakhir adalah pergi ke rumah Uwak Sumin yang tinggal di desa Karangasem, yang jaraknya lumayan jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki. Namun dia tidak perduli, yang ada di otak Nina saat itu adalah dia harus pergi dari rumah, dan sembunyi di rumah Uwak Sumin, Uwak yang dirasa paling baik diantara Uwak-uwak yang ia punya.