Mohon tunggu...
Melvin Firman
Melvin Firman Mohon Tunggu... wiraswasta -

" hanya orang biasa yang suka iseng nulis-nulis apa yang teringat, terlihat dan terasakan tanpa basa basi dan apa adanya."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Beragama Bukan "Lifestyle"

20 Februari 2018   11:18 Diperbarui: 20 Februari 2018   11:27 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak manusia-manusia sok beragama yang ternyata mereka sadar atau tidak sadar telah meletakkan gaya hidup di atas atau dibawah agamanya, atau bahkan menggambungkan kedua hal tersebut menjadi satu kesatuan yang di sebut kebutuhan hidup.

Faktanya banyak, mantan-mantan pecandu, bandar narkoba, penjahat, artis yang terkenal glamour, tiba-tiba menjadi berubah setelah memilih suatu agama tertentu dan merubah gaya hidup mereka sekaligus memenuhi kebutuhan hidup mereka dari menceritakan pengalaman hidup mereka sebelumnya di atas mimbar.

Bahkan menjual gaya hidup mereka yang dulunya glamour menjadi gaya hidup yang baru yang telah berbau suatu agama lewat fashion yang mereka pakai sehingga menjadi trend. Padahal tetap saja glamour..!..(hiks..najis dech !!! ).

Pertanyaannya apakah Agama mengajarkan bergaya hidup seperti itu ?

Selain itu juga ada manusia-manusia beragama yang telah memaksakan gaya hidup etnis lain kedalam agama yang mereka anut dan dengan lantang mengatakan bahwa " inilah gaya hidup agama kami yang benar dan memang begitu adanya" sambil menyelipkan sekotak susu bayi dalam bajunya yang terlihat longgar itu. Sialnya biar nggak ketahuan wajahnya, mereka menutupinya dengan sejenis masker. (ck..ck..ck.. sempurna sudah agamanya dan gaya hidupnya!.)

Yang lebih parah lagi ada manusia-manusia galau yang katanya Beragama juga, padahal masih galau karena terbukti manusia tersebut suka bertukar-tukar keyakinan. Dan lucunya mereka-mereka itu menjadi terkenal di mana-mana karena perpindahan keyakinan mereka. Bahkan ada yang lebih ekstrim, mereka menjadi terkenal karena mencela keyakinan mereka yang di anut sebelumnya kepada komunitasnya yang baru mereka pilih..#J%$#%$#

Pertanyaannya: Dimana posisi agama bagi mereka, sebagai kebutuhan kah yang kemudian merubah gaya hidup mereka atau agama sebagai gaya hidup sehingga merubah kebutuhan mereka atau juga kebutuhan akan gaya hidupkah yang membuat mereka memilih untuk beragama tertentu ?

Tulisan ini memang terlihat tidak penting, tetapi pernah kah saudara memikirkan bahwa dimana anda meletakkan posisi agama anda dalam hidup anda. Dan bagaimana pula juga dengan gaya hidup anda sudah sesuaikah tempatnya atau kedua hal tersebut hanya dijadikan sarana atau kendaraan untuk memenuhi kebutuhan hidup anda yang hakiki..! atau memang menurut anda keduanya tidak saling berhubungan alias berjalan di masing-masing relnya.

Menurut saya pribadi, "Jangan jadikan Agama sebagai Gaya Hidup". Karena gaya hidup setiap manusia itu berbeda-beda, sedangkan agama setiap manusia itu harusnya sama karena Sang Pencipta agama itu sendiri adalah SAMA.Aturan yang di ajarkan dalam setiap agama tentu juga harus sama karena bersumber dari sesuatu yang sama juga yaitu Sang Pembuat Aturan itu. Tapi faktanya kenapa semuanya menjadi tidak beraturan dan bahkan terkesan berbenturan satu sama lain.

Apakah agama yang salahkah atau yang merasa beragama itu ternyata belum mengerti beragama. Karena salah memahami dan mengaplikasikan agama dalam hidupnya sehingga timbul usaha untuk pemaksaan penyeragaman gaya hidup. Hal itulah yang membuat kekacauan terjadi di muka bumi. Akibatnya  muncul pilihan yang paling ekstrim yaitu menjadi Atheis dan menjalankan gaya hidup sesuka hati.

Gaya hidup itu muaranya untuk di ketahui banyak orang, sedangkan agama hanya untuk di yakini secara privat. Gaya hidup itu adalah pilihan hidup, tetapi beragama bukan pilihan karena harusnya tidak ada pilihan. Gaya hidup itu bukan kebutuhan, tetapi beragama adalah kebutuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun