Mohon tunggu...
Melvin Firman
Melvin Firman Mohon Tunggu... wiraswasta -

" hanya orang biasa yang suka iseng nulis-nulis apa yang teringat, terlihat dan terasakan tanpa basa basi dan apa adanya."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Beragama Bukan "Lifestyle"

20 Februari 2018   11:18 Diperbarui: 20 Februari 2018   11:27 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Ha...ha..ha.. pertanyaan abang ini aneh, tetapi masuk akal. Apa yach agamanya manusia pertama itu ?, Aku tidak tau Bro, taluk (baca: menyerah) gue. Kira-kira agamanya apa yach menurut abang ? ", Tanya balik pemuda itu penasaran.

" Nggak Ada !", jawab ku spontan. Boro-boro mikirin agama, wong dianya saja baru belajar jadi manusia yang di buang ke bumi ini koq. ", jawabku sambil tersenyum puas.

" Ha..ha..ha.. lagi-lagi jawaban yang aneh tetapi masuk akal. Tetapi saya masih belum mengerti jalan pikiran abang, kenapa abang tiba-tiba menyakan hal seperti itu pada saya ? jadi menurut abang agama, gaya hidup dan kebutuhan itu bagaimana posisinya", balik Tanya pemuda itu.

" Menurut saya pribadi agama itu kebutuhan, dan gaya hidup bukan kebutuhan. Agama itu bukan gaya hidup, tetapi gaya hidup itulah cermin agama. Jadi antara agama dan gaya hidup memiliki hubungan paradox kompleks yang tidak harus saling melemahkan atau menguatkan satu sama lainnya seperti halnya cermin dan bayangannya..... "

Tiba-tiba terdengar suara panggilan masuk dari HP pemuda itu. Dia pun meminta ijin untuk mengangkatnya dan ternyata panggilan dari istrinya. Berselang beberapa lama, pemuda itu pun berkata

" Aduh maaf bang, saya harus cepat-cepat pulang karena karena kata istri saya, jantung ibu mertua saya kumat, saya ingin sekali membahas ini lebih jauh dengan abang tetapi ada hal yang lebih penting yang harus utamakan. Saya minta nomor abang saja biar nanti suatu saat kita bisa melanjutkan pembicaraan ini, maaf yach bang.. saya pamit dulu ", jawab pemuda itu tergesa-gesa.

 " It,s ok, Bro..! semoga tidak terjadi apa-apa sama ibu mertua kamu..hati-hati di jalan bro !", jawabku sambil memberikan sepucuk kertas bertuliskan nomor hp saya kepadanya.

Tinggallah saya sendiri duduk di pojok taman itu. Tiba-tiba dalam hati kecil ku berkata,  " Tadi tuch, lho ngomong apa sich Mel, ?" Au ah lap jawabku sambil tersenyum sendiri sembari berlalu pulang.

$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$

Tetapi setelah lama tak pikir-pikir kembali, sepertinya kegelisahan hati saya itu perlu ada jawaban yang pasti. Karena menurut saya jika seseorang yang di bilang manusia, tidak bisa menjelaskan dan mengaplikasikan tentang posisi agama, gaya hidup dan kebutuhan dalam kehidupannya, akan lebih baik jika makhluk itu berhenti jadi manusia. Mungkin terdengar sedikit sarkas, tetapi menurut saya ada benarnya.  Kenapa demikian ?

Lihat saja di sekeliling anda, sudah beragama kah manusia-manusia di sekitarmu ?, Dan yang pasti mereka itu semua memiliki gaya hidup yang berbeda-beda layaknya agama mereka masing-masing. Tetapi dimana kah posisi kedua hal tersebut bagi mereka. Sama pentingkah kedua hal itu dengan sandang dan pangan yang jelas-jelas merupakan kebutuhan pokok setiap manusia.?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun