Padahal, kenaikan harga terjadi karena banyaknya pembelian (spekulasi) yang berasal dari pinjaman. Jadi saat terjadi koreksi, harga aset turun, maka banyak unit ekonomi yang tak mampu membayar hutangnya. Mereka-pun akhirnya melakukan penjualan aset tersebut sehingga terjadi “fire sales” yang membuat harga aset menjadi jatuh sangat dalam. Akhirnya, kondisi ini mempengaruhi neraca perbankan, aset mereka mengalami penyusutan besar-besaran sehingga jumlah pasiva mereka lebih besar (obligasi mereka terhadap masyarakat lebih besar). Hal inilah yang membuat bank-bank di Amerika menaglami kesulitan finansial pada tahun 2008 lalu.
Selain itu, Minsky meimiliki pendekatan yang berbeda dengan dengan para ekonom di era-nya. Seperti kita ketahui, banyak ekonom lebih memillih pendekatan matematis (kuantitatif) dari pada kata (kualitatif). Pendekatan ini membuat Minsky tak begitu populer dibandingkan ekonom lain di era-nya meski Adam smith, John Maynard Keyness, dan Frederick Hayek memilih metode serupa. Akan tetapi, Krisis tahun 2008 mengungkap kelemahan dari pada pendekatan matematis yang dianggap gagal dalam menggambarkan kondisi yang terjadi pada saat itu. Kelemahan tersebut tak lain karena metode matematis yang terlalu kompleks maupun penggunaan asumsi yang terlalu banyak dan jauh dari kenyataan sebenarnya. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Shiller (2008),
“Economist more respect for sophisticated methods rather than substantial evidence”
Pastinya, pendekatan matematis dalam ekonomi dikritik oleh Nassim Thaleb,
“a mathematical toolkit to detect anything that is bullshit in economic modeling (particularly macroeconomics), figure out which papers are flawed from a scientific standpoint, etc. When I mean flawed, it is on the basis that the math used impresses nonmathematicians but does not support the stated policy conclusions.”
Murray Rothbard mengkritik bahwa kita tidak dapat menyamakan ekonomi sebagai ilmu sosial dimana manusia sebagai objek memilki kemauan, kehendak, dan tujuan serta keinginan untuk mencapainya berbeda dengan ilmu fisika dimana objeknya adalah benda mati.
“At the heart of Mises and praxeology is the concept with which he appropriately begins Theory and History, methodological dualism, the crucial insight that human beings must be considered and analyzed in a way and with a methodology that differs radically from the analysis of stones, planets, atoms, or molecules.
Why? Because, quite simply, it is the essence of human beings that they act, that they have goals and purposes, and that they try to achieve those goals. Stones, atoms, planets, have no goals or preferences; hence, they do not choose among alternative courses of action. Atoms and planets move, or are moved; they cannot choose, select paths of action, or change their minds. Men and women can and do. Therefore, atoms and stones can be investigated, their courses charted, and their paths plotted and predicted, at least in principle, to the minutest quantitative detail. People cannot; every day, people learn, adopt new values and goals, and change their minds; people cannot be slotted and predicted as can objects without minds or without the capacity to learn and choose.”
Kesimpulan I:
Berdasarkan penjelasan pendekatan Misnky di atas maka kita mengetahui apa yang menjadi penyebab sebenarnya gangguan stabilitas system keuangan. Minsky menjelaskan bagaimana factor psikologi atau behavior seperti animal spirits, irrationality dan exuberance menjad factor sesungguhnya gangguan stabilitas sistem keuangan. Minsky-pun mengkritisi beberapa kebijakan sebelumnya yang tak menyentuh maslaah sebenarnya seperti kebijakan mikroprudensial di era-nya dan kritik tersebut masih berlaku dalam kebijakan yang makroprudensial. Kritik minsky-pun ternyata masih berlaku dalam kebijakan makroprudensial yang baru ditetapkan oleh Bank Indonesia seperti LTV (Loan-to-Value). Terbukti, kebijakan LTV mulai disiasati oleh developer maupun investor dengan menaikan harga rumah NJOP yang tak sesuai dengan harga pasar atau membangun rumah tumbuh. Hal tersebut akan mempengaruhi efektifitas dari kebijakan makroprudensial LTV. Oleh karena itu, dalam menjaga stabiltas system keuangan harus menggunakan pendekatan tersebut.
“the quest to get money and finance right may be a never ending struggle.”