Sebelum nama saya berubah panggilan menjadi "dek co-ass" atau memiliki gelar dokter muda, sempat berpikir bahwa dunia akan naik tingkatan, bukan naik tingkatan jadi kaya atau naik jabatan, tapi tahapannya lebih kaku seperti kanebo daripada jaman jadi mahasiswa, bahkan keras seperti batu. Hidup hanyalah untuk belajar menjadi pembelajaran dan penuh ketegangan. Ohh! Ternyata tidak selamanya guys, ada saja hal-hal yang bikin lucu disaat ketegangan atau disela kegiatan. Part terlucunya adalah ya, menjadi "dek co-ass".
Bagian Ilmu Penyakit Dalam atau Stase Interna, menjadi bagian yang paling banyak kunjungan pasiennya di segala rumah sakit dan setiap harinya selalu saja ada pasien baru. Penyakitnya juga beragam, keluhannya pun juga begitu. Waktu itu, saya dan temanku dinas pagi di salah satu bangsal kelas 2 dan kelas 1 (menurut penggolongan BPJS), tercatat tempat tersebut akan menjadi tempat belajar kami selama satu minggu.
Jam 11.00 siang
Kami baru saja mengikuti visite dokter spesialis. Visitenya bisa saja keliling satu rumah sakit yang luaaaaaaaasss ini. Pasiennya bisa saja ada disetiap bangsal karena dikonsul oleh bagian lain. Kemudian harus kembali ke ruangan karena masih jam dinas dan tibanya di ruangan, "dek ada 3 pasien baru di ruangan 4, 5 sama 6". Begitulah sapaannya kakak perawat kepada kami yang baru saja terduduk.
Kami berdua hanya saling menatap, entah siapa yang akan mengkaji satu pasien yang tersisa agar pembagian tetap adil dan cepat terkerjakan. Ditambah lagi nafas kami saling berderu sehabis berjalan cepat mengejar kecepatan dokter spesialis kami dan perut sudah meronta sedari pagi belum makan.
"Pasienmu kan pulang 2, jadi sisa 4. Pasienku pulang satu jadi sisa 5, supaya sama-sama pegang 6 pasien, kamu kaji 2, saya kaji 1 pasien. Boleh begitu?" tanyanya butuh validasi keadilan.
Saya pun menyetujuinya. Tak masalah mengkaji 2 pasien, yang penting urusan selesai kemudian dilaporkan segera ke dokter asisten. Aturan di stase interna: wajib hukumnya para coass interna lapor pasien baru hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Staterpacknya dek koas interna adalah tensimeter, alat pengukur saturasi oksigen, termometer, buku catatan, pulpen dan tak lupa stetoskop. Berjalanlah diriku ini ke kamar 4, pasien pertama yang akan saya periksa.
Tok, tok, tok....Â
"Assalamualaikum, permisi."
"Waalaikumsalam." Tampak pasien laki-laki yang sudah berusia lanjut yang terduduk di tempat tidur menggunakan bantuan napas oksigen dengan nasal kanul, sedangkan istrinya duduk di kursi plastik dekat tempat tidur.
"Permisi pak, bu. Saya dokter muda yang dinas pagi ini, mohon izin periksa bapak, ya." Keduanya mengangguk.
"Bapak, datang ke IGD awalnya karena sesak ya?"
"Iya, nak." jawabnya dengan nafas yang sudah teratur, menurutku kondisinya sudah stabil. Panggilannya tadi juga membuat diriku seperti anaknya sendiri.
"Kalau boleh tahu, sesaknya bapak sejak kapan dirasakan?" tanya saya sembari memperhatikan raut wajahnya, barangkali beliau merasakan nyeri atau susah berbicara, atau ekspresi senang menyambut diriku ini. Hehehe.
"Sejak satu tahun lalu, nak." Refleks saya kaget, namun wajah kaget itu berhasil tersembunyi di balik masker.
"Sejak satu tahun lalu? Sesaknya mungkin memberat dari pagi tadi atau gimana gitu pak, sehingga bapak pergi ke IGD?" jelasku sedikit bertanya, bahkan nada bicara ini sudah bingung. Ingin dinaikan karena bertanya atau diturunkan karena sedang menjelaskan.
"Tidak, nak. Memang saya sesak dari rumah, satu tahun belakangan ini sering sesak."
"Sesaknya terus-menerus atau bagaimana, pak?" Saya tahu ini pertanyaan cukup bodoh tapi saya masih tidak percaya sesak sejak tahun lalu. Mana ada kan sesak terus-menerus tiap hari? Yang ada pasien tidak bisa makan, tidak bisa tidur, atau tidak bisa beraktivitas.
"Kadang-kadang, hilang timbul begitu tapi sesak terus-terusan."
"Tapi selama satu tahun ini ya, pak?" tanyaku masih penasaran. Dahiku sudah mulai mengkerut bingung dengan jawabannya. Ini masih keluhan yang pertama, belum keluhan lainnya.
"Iya, betul."
"Terus, kalau sesak terus di rumah, bapak obati dengan apa?"
"Biasa saya pake inhaler atau saya pake oksigen." Lagi-lagi saya bingung dengan kata oksigen. Apakah maksudnya pasien ini ke rumah sakit?
"Maksudnya pak? Bapak sering ke IGD dan ditangani dengan oksigen atau bagaimana?" Lihat, kelihatan sekali bodohnya pertanyaan ini. Hahahaha
"Tidak, saya punya tabung oksigen dirumah. Jadi kebetulan sudah habis oksigennya, saya dibawa ke rumah sakit lah sekarang. Biasanya kalau sudah lega di IGD, saya diperbolehkan pulang tapi kali ini saya diarahkan untuk dirawat saja." Oh, begitu rupanya. Harap maklum saya pikir waktu itu tabung oksigen tidak diperjual belikan hingga diperbolehkan dibawa ke rumah. Harap maklum banget ini si "dek co-ass" satu ini dapat ilmu baru. Hampir saja tersesat sendirian yang selalu berkutat dengan sesak sejak satu tahun lalunya, hampir juga malu sendirian.
Lega sudah dengan jawabannya, menemukan inti permasalahannya. Saya pun melanjutkan anamnesa menggali pertanyaan bagaimana sifat sesaknya, nama obatnya dan beranjak ke keluhan lainnya. Syukurlah apabila si bapak tidak susah berbicara karena sesaknya.
Bukan "co-ass" namanya kalau tidak bingung, tapi tiba-tiba saja bisa dapat ilmu baru dengan sendirinya. Baru tahu pula kalau pasien bisa punya tabung oksigen di rumah. Caranya bagaimana, jangan tanya saya teman-teman. Saya gak tahu juga caranya hahaha.
Usut punya usut, pasien tersebut merupakan pasien PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik). Terakhir di foto rontgen dada sekitar 5 bulan lalu. Terlihat jelas gambaran PPOK nya. Mungkin kembali dirawat inap untuk di check kembali rontgen dadanya sembari mencari tahu keluhannya yang selalu saja dirasakan hampir tiap hari. Memang PPOK tidak bisa diatasi dengan oksigen saja, karena sudah terlanjur terperangkap karbon monoksida di paru-parunya dan sulit keluar melalui jalan napas. Sehingga satu-satunya cara adalah dengan membuka jalan napas menggunakan nebulizer dan obat pelega.
Faktornya apa tuh? Merokok kawan, hehehe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H