"Waalaikumsalam." Tampak pasien laki-laki yang sudah berusia lanjut yang terduduk di tempat tidur menggunakan bantuan napas oksigen dengan nasal kanul, sedangkan istrinya duduk di kursi plastik dekat tempat tidur.
"Permisi pak, bu. Saya dokter muda yang dinas pagi ini, mohon izin periksa bapak, ya." Keduanya mengangguk.
"Bapak, datang ke IGD awalnya karena sesak ya?"
"Iya, nak." jawabnya dengan nafas yang sudah teratur, menurutku kondisinya sudah stabil. Panggilannya tadi juga membuat diriku seperti anaknya sendiri.
"Kalau boleh tahu, sesaknya bapak sejak kapan dirasakan?" tanya saya sembari memperhatikan raut wajahnya, barangkali beliau merasakan nyeri atau susah berbicara, atau ekspresi senang menyambut diriku ini. Hehehe.
"Sejak satu tahun lalu, nak." Refleks saya kaget, namun wajah kaget itu berhasil tersembunyi di balik masker.
"Sejak satu tahun lalu? Sesaknya mungkin memberat dari pagi tadi atau gimana gitu pak, sehingga bapak pergi ke IGD?" jelasku sedikit bertanya, bahkan nada bicara ini sudah bingung. Ingin dinaikan karena bertanya atau diturunkan karena sedang menjelaskan.
"Tidak, nak. Memang saya sesak dari rumah, satu tahun belakangan ini sering sesak."
"Sesaknya terus-menerus atau bagaimana, pak?" Saya tahu ini pertanyaan cukup bodoh tapi saya masih tidak percaya sesak sejak tahun lalu. Mana ada kan sesak terus-menerus tiap hari? Yang ada pasien tidak bisa makan, tidak bisa tidur, atau tidak bisa beraktivitas.
"Kadang-kadang, hilang timbul begitu tapi sesak terus-terusan."
"Tapi selama satu tahun ini ya, pak?" tanyaku masih penasaran. Dahiku sudah mulai mengkerut bingung dengan jawabannya. Ini masih keluhan yang pertama, belum keluhan lainnya.