Perempuan yang pemberani tanpa rasa takut mengadahkan kepalanya ke atas, menatap
indahnya senja disore hari, duduk di atas bukit sambil tersenyum berekspetasi tentang segala
mimpi yang ingin segera terwujud. Seketika raut wajah berubah kebingungan, ketika terbenak
dalam pikirannya banyak pertanyaan tentang apa dan bagaimana takdir kedepannya yang akan
ia dapatkan. Perempuan yang tak pernah menyerah tentang segala tantangan yang
menghampirinya. Sebut saja perempuan itu bernama Ayu.
Perempuan itu berusia 20 tahun yang selalu semangat dengan segala mimpi dan harapan
yang ingin segera ia wujudkan, namun takdirnya memang tidak seindah mimpi dan
harapannya. "Capek" katanya sambil menyeka keringat yang sudah memenuhi disekitaran
wajahnya. Ia sekarang sedang berkuliah beranjak semester 3 di salah satu universitas negeri
yang ada di banten dengan jurusan komunikasi dan penyiaran islam.
Berjarak kurang lebih 1 jam perjalanan dari rumah ke kampus, dengan segala
bahayanya, banyak debu dan mobil besar angkutan pasir, batu, beton, bahkan mobil ngangkut
mobil, panas dan badai ia lalui setiap harinya demi menimba ilmu dan mewujudkan cita-citanya
untuk menjadi seorang sarjana. Tak sampai disitu permasalahan yang ia hadapi, bahkan ketika
pulang dari kampus rumah tak lagi ramah. Sapaan dan pelukan hangat yang ia harapkan dari
seorang ibu justru kemarahan yang ia dapatkan setiap harinya, dia tak pernah peduli dengan
keadaan nya, selalu saja dibanding-bandingkan dengan teman sebayanya yang bekerja dan
menghasilkan uang. Belum lagi ia selalu diperlakukan seperti pembantu di rumahnya sendiri.
Dalam doa nya ia bergumam "Tuhan aku bingung mau minta dikuatin dari arah mana lagi,
sebab semua arahnya sudah hilang, sudah ngga tahu mau datang, pulang, dan bahkan terbang
kemana?, sebab semuanya sudah berantakan banget, dan bingung mau ngeberesin yang mana
dulu, Tuhan kenapa bisa sehancur ini ya?". Sambil sesenggukan menangis sembari menahan
rasa sakitnya, di kamar tidurnya yang menjadi tempat paling menenangkan baginya untuk
mengadu segala keluh-kesah dengan tuhannya. Memang sedari awal orang tuanya tak pernah
mengizinkan untuk berkuliah, namun tekad mimpinya yang membawa ia hingga menduduki
bangku kuliah.
Putus asa dan berhenti tidak akan pernah ada dalam kamus hidupnya, sekuat itu ia
menjalani hidupnya, dengan penuh semangat untuk membuktikan kepada orang tuanya, bahwa
kuliah itu bukanlah pilihan yang salah. Tekad ia berkuliah selain untuk menjadi seorang sarjana
juga untuk menghilangkan stereotype khalayak umum terutama di kampungnya sendiri tentang
" buat apa perempuan berpendidikan tinggi, toh perempuan ujung-ujungnya juga hanya di
sumur-kasur dan dapur". Ia selalu berfikiran bahwa menjadi seorang perempuan yang berperan
penuh dalam menciptakan peradaban haruslah cerdas, sebab baik atau buruknya peradaban,
tergantung pada perempuannya seperti apa.
Menepi dari keramaian telah menjadi hobinya, sambil menikmati lara-lara yang setiap
hari menyapanya. Bersyukur, berdoa dan berusaha hanya itu yang bisa ia lakukan, berharap
semuanya berakhir dengan indah sesuai dengan ketetpan terindah Tuhan yang telah
ditakdirkannya. "ngga boleh nyerah semua pasti indah" kata-kata yang selalu dijadikan
afirmasi dalam hidupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H