Mohon tunggu...
Melisa Rizkie
Melisa Rizkie Mohon Tunggu... Atlet - Mahasiswa

Mahasiswa komunikasi dan penyiaran Islam, UIN SMH BANTEN

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tuhan Ini Selesainya Kapan Ya?

3 Desember 2023   14:58 Diperbarui: 3 Desember 2023   15:12 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perempuan yang pemberani tanpa rasa takut mengadahkan kepalanya ke atas, menatap

indahnya senja disore hari, duduk di atas bukit sambil tersenyum berekspetasi tentang segala

mimpi yang ingin segera terwujud. Seketika raut wajah berubah kebingungan, ketika terbenak

dalam pikirannya banyak pertanyaan tentang apa dan bagaimana takdir kedepannya yang akan

ia dapatkan. Perempuan yang tak pernah menyerah tentang segala tantangan yang

menghampirinya. Sebut saja perempuan itu bernama Ayu.

Perempuan itu berusia 20 tahun yang selalu semangat dengan segala mimpi dan harapan

yang ingin segera ia wujudkan, namun takdirnya memang tidak seindah mimpi dan

harapannya. "Capek" katanya sambil menyeka keringat yang sudah memenuhi disekitaran

wajahnya. Ia sekarang sedang berkuliah beranjak semester 3 di salah satu universitas negeri

yang ada di banten dengan jurusan komunikasi dan penyiaran islam.

Berjarak kurang lebih 1 jam perjalanan dari rumah ke kampus, dengan segala

bahayanya, banyak debu dan mobil besar angkutan pasir, batu, beton, bahkan mobil ngangkut

mobil, panas dan badai ia lalui setiap harinya demi menimba ilmu dan mewujudkan cita-citanya

untuk menjadi seorang sarjana. Tak sampai disitu permasalahan yang ia hadapi, bahkan ketika

pulang dari kampus rumah tak lagi ramah. Sapaan dan pelukan hangat yang ia harapkan dari

seorang ibu justru kemarahan yang ia dapatkan setiap harinya, dia tak pernah peduli dengan

keadaan nya, selalu saja dibanding-bandingkan dengan teman sebayanya yang bekerja dan

menghasilkan uang. Belum lagi ia selalu diperlakukan seperti pembantu di rumahnya sendiri.

Dalam doa nya ia bergumam "Tuhan aku bingung mau minta dikuatin dari arah mana lagi,

sebab semua arahnya sudah hilang, sudah ngga tahu mau datang, pulang, dan bahkan terbang

kemana?, sebab semuanya sudah berantakan banget, dan bingung mau ngeberesin yang mana

dulu, Tuhan kenapa bisa sehancur ini ya?". Sambil sesenggukan menangis sembari menahan

rasa sakitnya, di kamar tidurnya yang menjadi tempat paling menenangkan baginya untuk

mengadu segala keluh-kesah dengan tuhannya. Memang sedari awal orang tuanya tak pernah

mengizinkan untuk berkuliah, namun tekad mimpinya yang membawa ia hingga menduduki

bangku kuliah.

Putus asa dan berhenti tidak akan pernah ada dalam kamus hidupnya, sekuat itu ia

menjalani hidupnya, dengan penuh semangat untuk membuktikan kepada orang tuanya, bahwa

kuliah itu bukanlah pilihan yang salah. Tekad ia berkuliah selain untuk menjadi seorang sarjana

juga untuk menghilangkan stereotype khalayak umum terutama di kampungnya sendiri tentang

" buat apa perempuan berpendidikan tinggi, toh perempuan ujung-ujungnya juga hanya di

sumur-kasur dan dapur". Ia selalu berfikiran bahwa menjadi seorang perempuan yang berperan

penuh dalam menciptakan peradaban haruslah cerdas, sebab baik atau buruknya peradaban,

tergantung pada perempuannya seperti apa.

Menepi dari keramaian telah menjadi hobinya, sambil menikmati lara-lara yang setiap

hari menyapanya. Bersyukur, berdoa dan berusaha hanya itu yang bisa ia lakukan, berharap

semuanya berakhir dengan indah sesuai dengan ketetpan terindah Tuhan yang telah

ditakdirkannya. "ngga boleh nyerah semua pasti indah" kata-kata yang selalu dijadikan

afirmasi dalam hidupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun