Berjarak kurang lebih 1 jam perjalanan dari rumah ke kampus, dengan segala
bahayanya, banyak debu dan mobil besar angkutan pasir, batu, beton, bahkan mobil ngangkut
mobil, panas dan badai ia lalui setiap harinya demi menimba ilmu dan mewujudkan cita-citanya
untuk menjadi seorang sarjana. Tak sampai disitu permasalahan yang ia hadapi, bahkan ketika
pulang dari kampus rumah tak lagi ramah. Sapaan dan pelukan hangat yang ia harapkan dari
seorang ibu justru kemarahan yang ia dapatkan setiap harinya, dia tak pernah peduli dengan
keadaan nya, selalu saja dibanding-bandingkan dengan teman sebayanya yang bekerja dan
menghasilkan uang. Belum lagi ia selalu diperlakukan seperti pembantu di rumahnya sendiri.
Dalam doa nya ia bergumam "Tuhan aku bingung mau minta dikuatin dari arah mana lagi,
sebab semua arahnya sudah hilang, sudah ngga tahu mau datang, pulang, dan bahkan terbang
kemana?, sebab semuanya sudah berantakan banget, dan bingung mau ngeberesin yang mana