Mohon tunggu...
melisa emeraldina
melisa emeraldina Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk Berbagi Pengalaman

"Butuh sebuah keberanian untuk memulai sesuatu, dan butuh jiwa yang kuat untuk menyelesaikannya." - Jessica N.S. Yourko

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Milenial Susah atau Tidak Mau Punya Rumah?

3 Juli 2021   15:37 Diperbarui: 3 Juli 2021   21:49 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Generasi milenial sulit punya rumah, benarkah?| Sumber: Freepik.com/katemangostar

Selain itu di zaman industri 4.0, di mana segalanya bersifat teknologi digital, kenyataannya banyak milenial bekerja di sektor digital. Menjadi freelancer, selebgram, Youtuber, atau berjualan online menjadi pilihan bagi mereka yang berjiwa kreatif atau memang kesulitan mendapat pekerjaan tetap.

KPR bagi pegawai informal sudah mulai dikembangkan skemanya oleh pemerintah, dengan skema berbasis komunitas, untuk jenis perumahan subsidi.

Bank dan para stakeholder lain tampaknya perlu mulai beradaptasi dan membuat skema baru yang lebih ramah bagi pekerja informal maupun pegawai tidak tetap.

3. Lokasi Rumah yang Terjangkau Terlalu Jauh

Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan perumahan subsidi KPR -FLPP (Kredit Pemilikan Rumah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan. Harga rumahnya dibatasi oleh pemerintah bergantung lokasinya yaitu maksimal Rp150 Juta - Rp219 Juta, suku bunga flat di angka 5%, sangat jauh dari suku bunga konvensional yang berkisar 10% dan memiliki tenor hingga 20 tahun. 

Namun lokasi rumahnya masih cukup jauh dari pusat kota, sementara aktivitas pekerjaan tentunya di kota. Sehingga menjadi permasalahan baru jika memutuskan pembelian rumah yang terlalu jauh. Lelah dan berat di ongkos. (Baca: 8 Pertimbangan Memilih Rumah Pertama)

4. Tabungan

Generasi milenial memiliki banyak sekali pilihan dan keinginan ketika memiliki uang. Industri 4.0 tampaknya mengubah segalanya. Belanja online, booking tiket dan hotel online, beli makanan online, ojek online, media sosial, media massa semua dalam genggaman. 

Hidup yang oleh orang zaman dahulu dianggap boros menjadi biasa saja pada zaman sekarang. Orang setiap hari bisa saja beli makanan online, pergi ke mana-mana naik ojek online. Belanja barang semudah menjentikkan jari, hingga barang yang tak penting pun dibeli.

Generasi sekarang tampaknya lebih sulit untuk menabung. Bagaimana bisa menabung kalau uang saja ditaruh di dompet digital. Dulu mungkin harus ke bank atau ke mesin ATM untuk transfer uang ketika membeli barang. Sekarang bisa mobile banking, dompet digital, ke minimarket terdekat atau bahkan COD (Cost On Delivery). Generasi sekarang menjadi lebih konsumtif.

Perlu ada pemahaman pengelolaan keuangan  yang baik agar generasi milenial juga dapat memiliki prioritas dalam penggunaan uang, salah satunya untuk menabung memiliki rumah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun