Bumi kian panas. Udara terasa membakar kulit dan membuat gerah saat kita beraktivitas. Iklim di bumi sedang mengalami perubahan. Terjadi krisis iklim di seluruh belahan bumi.
Beberapa waktu yang lalu kita telah mendengar bahwa salju yang ukurannya seluas kota Surabaya telah mencair di kutub utara. Hal yang kita takutkan seperti itu terjadi juga di tahun 2024. Suhu yang selalu kita jaga ternyata tidak bisa dilakukan. Akibatnya suhu meningkat drastis.
Krisis Iklim dan Transisi Energi
Peningkatan suhu di bumi ini sebenarnya sudah bisa kita rasakan sejak beberapa tahun yang lalu. Namun, makin hari, suhu bumi makin meningkat hingga saat ini. Iklim mengalami banyak perubahan sehingga mengancam keadaan pangan dan kesejahteraan hidup manusia.
Dalam rangka mengatasi perubahan iklim ini, kita memerlukan transisi energi untuk meningkatkan ketahanan energi, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kualitas udara, dan membangun masa depan yang berkelanjutan. Pengalihan produksi dan konsumsi energi berbasis fosil ke energi terbarukan menjadi langkah bijak untuk mengatasi krisis iklim.
Namun, dalam perjalanannya, transisi energi adil sangatlah penting dilakukan sehingga tidak berfokus pada dimensi komersil-teknis semata, juga pada dimensi manusia, khususnya pada masyarakat yang terdampak. Salah satu gerakan yang turut serta dalam  mengatasi hal tersebut adalah Oxfam di Indonesia.
Oxfam di Indonesia adalah bagian jejaring gerakan Oxfam global yang bekerja untuk menghapuskan kemiskinan di lebih dari 90 negara. Oxfam di Indonesia telah bekerja dalam Memorandum Saling Pengertian (MSP) dengan Kementerian Sosial Republik Indonesia sejak 1957.
Meningkatnya Suhu di Bumi
Kita tidak bisa membayangkan jika berada pada suhu 51C seperti yang dialami oleh jamaah haji 2024. Suhu yang ekstrem itu telah membuat 500-an jamaah haji meninggal.