Mataku melihat Fina, Tasya, Azka, Doni, dan yang lain secara bergantian. Rupanya Mini menunduk ketika kutatap wajahnya. Mungkin dia malu kepadaku. Aku mendekati gadis kecil itu.
"Terima kasih ya, Mini. Hadiahnya sudah dikasihkan kepada Ibu." Aku membuka pembicaraan. Kali ini Mini berusaha mendonggakkan kepalanya. Dia tersenyum malu.
"Mini dikasih Mama uang buat beli hadiah itu?" tanyaku sedikit mengintrogasi. Mini menggeleng.
"Lalu, dapat duit dari mana kok bisa membeli hadiah itu?"
Mini masih terdiam. Beberapa teman mendekati aku dan Mini. Mereka mencoba menyimak pertanyaanku kepada Mini.
"Hadiahnya itu dari kami juga, Bu, tapi Mini yang banyak menambahkan," ujar Fina.
"Tasya hanya bisa memberi 10 ribu, Bu," ucapnya sedih.
"Aku 5 ribu, Bu," lanjut Doni.
"Kalau ada uang 2 ribu. Itu dari aku, iya 'kan Min?" seru Azka penuh semangat.
Air mataku hendak menetes. Di antara anak-anak TPA, memang hanya Mini yang ekonominya lumayan berkecukupan. Aku yakin dia pasti menambah banyak.
"Wah, orang tua kalian tahu kalau kalian mau memberi hadiah kepada Ibu?"