***
"Ayah tahu tidak, ternyata tanamannya Santi banyak juga. Ada aglonema yang Ibu incar."
"Ibu tidak minta sama Santi?" tanya suami Rina yang melirik sebentar ke arah istrinya.
"Ibu tidak berani minta, Ayah," jawab Rina menyesal.
"Berarti belum rezeki Ibu itu. Sabar saja, insya Allah incaran Ibu pasti dapat," jawab suaminya. Rina terdiam. Mungkin benar, dia belum saatnya mendapatkan aglonema incarannya.
Sote harinya, Bu Luna, seorang tetangga Rina datang ke rumahnya untuk mencari bunga.
"Mbak Rina, yang ini berapa ya harganya?" tanya Luna.
"Oh, yang itu. Kalau Ibu mau, ambil saja. Saya masih ada banyak di sana." tunjuk Rina pada tanaman di pojok rumah.
"Wah, yang ini bagus-bagus dan subur sekali ya, Bu. Kemarin saya beli di tempat bu Santi sepolibag ini lima puluh ribu lo, Mbak," jelas bu Luna.
Rina kaget karena tanaman yang dikatakan oleh bu Luna itu sebenarnya berasal dari rumahnya.
"Iya, Bu. Di rumah bu Santi baru  satu. Jadi, saya ambil saja. Sebenarnya saya butuh satu lagi untuk Ibu saja." jelas bu Luna kembali.
"Oh, kalau Ibu mau, ambil saja, Bu," ucap Rina. Rina tidak habis pikir tanaman yang diminta Santi, ternyata dijual. Rina menggeleng.
Rina mau marah, tetapi dia tidak berhak memarahi Santi. Karena barang yang sudah diberikan ke orang lain, sepenuhnya adalah milik orang itu. Jadi, terserah mau diapakan barang itu oleh pemilik yang baru.