Mohon tunggu...
Meldy Muzada Elfa
Meldy Muzada Elfa Mohon Tunggu... Dokter - Dokter dengan hobi menulis

Internist, lecture, traveller, banjarese, need more n more books to read... Penikmat daging kambing...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Bermanfaatkah Pengobatan Massal?

4 Januari 2017   18:53 Diperbarui: 4 Januari 2017   19:51 3566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ideal adalah hal yang sulit dilakukan, tetapi setidaknya kita mengetahui dan dapat mengusahakan agar hal yang dilakukan mendekati kata ideal. Begitu pula dengan pengobatan massal ini, tentunya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan kata ideal.

Sebagaimana dituliskan bahwa sebenarnya pengobatan massal haruslah lebih banyak bersifat promotif dan preventif, maka komponen di pengobatan massal bukan lebih berkonsentrasi kepada dokter/tenaga medis, tetapi justru lebih sebagai tim kesehatan yang berjalan secara komprehensif. Sebagai contoh jika pasien berobat adalah penderita kencing manis yang cenderung malas berobat ke rumah sakit, maka tim kesehatan yang menangani adalah dokter untuk memberikan terapi, ahli gizi untuk edukasi, farmasi untuk menjelaskan cara penggunaan obat berikut efek samping yang bisa terjadi, serta ahli kesehatan masyarakat yang memberikan edukasi bahwa penyakit ini harus diobati dengan control rutin ke fasilitas kesehatan. Memberikan edukasi bahaya dan komplikasi jika tidak ditangani secara maksimal. Dilanjutkan dengan pencatatan rekam medis dan membuat form rujukan pengobatan ke fasilitas kesehatan terdekat untuk tindak lanjut pengobatan, informasi kepada perangkat daerah setempat jika pasien tersebut memiliki masalah biaya atau masalah transportasi jika ingin berobat. Semuanya ini bisa dilakukan jika timnya benar-benar disiapkan dengan konsep yang matang, bukan asal pengobatan massal saja.

Pengobatan massal akan lebih tepat sasaran lagi jika memperhatikan saran berikut:

  • Pengobatan bersifat khusus misalnya pengobatan gratis penyakit katarak, skrining dini dan pengobatan penyakit kencing manis, pemeriksaan dan pengobatan gratis penyakit kaki gajah, deteksi gangguan jiwa pasca musibah (gempa, banjir, gunung meletus), pembagian ransum bergizi dan lainnya.
  • Memakai jasa event organizer khusus pengobatan massal karena mereka biasanya sudah memiliki tim dan peralatan penunjang medis yang lengkap disertai administrasi yang baik (pencatatan, rekam medik, surat keterangan dan surat rujukan).
  • Koordinasi jauh hari sebelum kegiatan pengobatan massal untuk mendata pasien, hal ini bertujuan untuk antisipasi tim memperkirakan banyaknya masyarakan yang berobat.
  • Memiliki tim follow upuntuk menindaklanjuti pasien-pasien yang dirasa perlu melakukan pengobatan lanjutan khususnya penyakit kronik. Sangat baik sekali jika tim tersebut memiliki peralatan dan dana untuk membantu mereka.
  • Berkoordinasi dan meminta pendampingan dengan petugas Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM) di daerah yang menjadi sasaran untuk menghindari tumpang tindih tujuan pengobatan yang kadang sudah menjadi program oleh PKM setempat.

Contoh Kegiatan Pengobatan Massal Khusus Operasi Katarak Gratis (sumber: http://www.muharrikdakwah.com)
Contoh Kegiatan Pengobatan Massal Khusus Operasi Katarak Gratis (sumber: http://www.muharrikdakwah.com)
Penutup

Jika menjawab pertanyaan, bermanfaatkan pengobatan massal? Maka tentu saja jawabannya masih bermanfaat. Andaipun pengobatan massal dilaksanakan seadanya saja tanpa persiapan yang matang, paling tidak pengobatan ini bermanfaat sebagai kuratif untuk mengobati penyakit yang sifatnya akut dan ringan misalnya diare cair, nyari kepala, flu dan bantuk, ISPA dan lainnya. Namun jika terkait penyakit yang bersifat kronis dan komplek, tentunya harus mempunyai tim yang lebih komplek dilengkapi dengan tindakan edukasi dan preventif.

Pengobatan massal tidak sesederhana seperti yang dipikirkan. Biayanya tidak murah jika memang bertujuan fokus untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat disertai follow up untuk pengobatan selanjutnya.

Tentunya jika pengobatan massal hanya sebagai alat untuk pencitraan diri seseorang, sungguh akan luput dari sasaran sebenarnya. Karena biaya dikeluarkan hanya untuk memberikan jasa medis kepada dokter dan tim yang terlibat serta biaya membeli obat yang secukupnya saja. Yang penting masyarakat banyak datang berobat, pencitraan tercapai, dokumentasi lengkap, masyakarat pulang bawa obat, ‘dia’pun senang. Masalah bagaimana selanjutnya? Biar yang lain yang mikirin.

Salam sehat,

dr. Meldy Muzada Elfa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun