Aku hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Terima kasih untuk apa Bu? saya sudah berusaha yang terbaik untuk ibu... Namun hasilnya, belum ada perkembangan yang signifikan terhadap penyakit ibu" tanyaku dengan nada sedikit rendah agar tidak menyinggungnya.Â
"Hmmmm.... Dokter tahu matinya kapan?"
"Maksudnya?" tanyaku lagi.
"Ternyata Allah baik dengan saya. Saya merasa Allah benar-benar menyayangi saya".
"Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk ibu," jawabku.
"Iya Dok, sebelum saya sakit, saya merasa sepertinya saya hidup selamanya dengan kesuksesan karir. Saya benar-benar melupakan akhirat. Shalat sebagai kewajiban manusia seringkali saya lalaikan, tidak menutup aurat secara sempurna, terlalaikan kewajiban terhadap orang tua, saudara dan kerabat"....
"Seiring divonis menderita kanker paru dan diharuskan menjalani program kemoterapi, saya justru menyadari bahwa usia saya sudah tidak akan lama lagi. Walaupun tetap menjalankan ikhtiar dengan pengobatan, tapi saya sudah benar-benar mempersiapkan diri agar menjadi lebih baik di sisiNya saat dijemput nanti. Allah benar-benar baik kepada saya. Allah telah memperingatkan bahwa umur saya tidak panjang lagi, sehingga saya harus benar-benar bersiap diri. Sungguh orang yang rugi jikalau nyawa saya dicabut tanpa peringatan lebih dulu." lanjutnya dia.
Aku hanya terdiam, sungguh pelajaran yang sangat mahal harganya.
---------------------------
Pukul 02.00 dini hari....