Alhamdulilllah dokter paru bisa mengerti dan mengizinkan aku mengelola bu Dian sebagai pasien untuk program kemoterapi.
---------------------------
3 bulan setelah dimulai program kemoterapi, bu Dian sudah menjadi seri ke 3 kemoterapi dari 6 serial yang direncakanan. Untuk kesekian kalinya hari ini aku bertemu kembali dengan untuk terus melakukan evaluasi perkembangan penyakitnya.
Ada yang berubah dari dirinya sekarang dibanding saat pertama kali bertemu. Dengan menggunakan jilbab yang panjang dan baju muslimah yang longgar sudah mulai dilakukannya 1 bulan sejak dimulai program kemoterapi. Walaupun menderita kanker, tapi wajahnya justru telihat lebih segar dan bercahaya dengan hanya menggunakan make up minimalis. Namun jika dilihat dari kondisi umum ibunya, terlihat bahwa badannya semakin kurus dengan nafas yang kadang tersengal.
Sebenarnya perusahaan memberikan hak cuti sakit dan jaminan pembiayaan sampai pengobatan sampai tuntas. Namun berdasarkan informasi dari adik laki-lakinya yang setia mengantar berobat, 1 bulan ini dia menyampaikan surat pengunduran diri kepada perusahaan dengan alasan kesehatan, dan sehari-hari dia lebih banyak di rumah bersama ibunya, mengikuti pengajian dan memperbanyak ibadah. Sungguh suatu keputusan yang sebenarnya sulit karena justru pada saat ini dia memerlukan biaya pengobatan yang tidak sedikit.Â
Pertemuan di klinik hari ini adalah untuk melihat evaluasi setelah kemoterapi yang ketiga. Untuk menilai evaluasi tersebut maka dilakukan rontgen dada dan USG perut ulang agar bisa dievaluasi apakah tumor ganas tersebut terjadi pengecilan atau tidak.
"Maaf Bu Dian, jika dilihat dari rontgen dada yang sekarang dan dibandingkan dengan yang awal, tidak terdapat pengecilan tumor, bahkan terdapat sedikit cairan pada paru sebelah kanan ibu. USG perut masih terdapat gambaran penyebaran sel kanker dari paru," ujarku dengan sedikit gamang menjelaskan.
Tidak ada perubahan mimik dari wajahnya. Tampaknya dia terlihat lebih tabah dan sabar dibanding pertemuan 3 bulan yang lalu. "Jadi bagaimana selanjutnya, dok?" tanyanya dengan nafas agak tersengal.
Aku sendiri tidak menyangka, tidak ada kemajuan dari setengah perjalanan program kemoterapi yang sudah dilakukan. Jika mengacu kepada Response Evaluation Criteria in Solid Tumors (RECIST), maka bu Dian justru masuk dalam kategori Progressive Disease karena bukannya berkurang, justru kanker paru menyebabkan munculnya cairan di paru yang dalam dunia medis disebut dengan efusi pleura. Dalam hal ini, program kemoterapi tidak dapat diteruskan dan harus diganti dengan obat kemoterapi lini kedua dan menjalani program dari awal lagi.
"Seperti yang sudah dibahas waktu pertemuan awal, jika program kemoterapi pertama gagal, kita beralih ke program kemoterapi lini kedua atau second line," jawabku.
"Dan seperti yang dulu dokter jelaskan juga, bahwa kemoterapi secondline hanya bersifat paliatif. Bukan terapi untuk menyembuhkan. Hanya mengurangi nyeri dan memperpanjang harapan hidup, benarkan?" Tanyanya seperti bisa membaca pikiranku tanpa harus dijelaskan ulang secara panjang lebar.Â