Mohon tunggu...
Melati Agustina
Melati Agustina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo! Saya Melati Agustina, biasa dipanggil Melati atau Mel, salam kenal!! Saya membuat blog ini untuk memenuhi tugas saya di kelas Children's LIterature. Fyi, saya adalah seorang mahasiswa jurusan Sastra Inggris di Universitas Negeri Padang. Hobi saya travelling, berenang, baca novel or webtoon, dan menulis (tapi udah lama banget engga hehe). I think that's all about me, semoga blog ini bisa berguna dan bermanfaat terus kedepannya yaa hihi. Byeee!!!!

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Review Picture Book "A Tiny Seed: The Story of Wangari Maathai"

1 Juni 2024   15:40 Diperbarui: 1 Juni 2024   15:45 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.ulwazilwethu.org.za

Title

A Tiny Seed

The Story of Wangari Maathai

Penulis

Nicola Rijsdijk

Illustrator

Maya Marshak

Publisher

Book Dash

Tanggal Publikasi

30 Agustus 2014

Halaman

18

Bahasa

English

Sumber

www.storybookscanada.ca

Area A: Teks


Buku “A Tiny Seed: The Story of Wangari Maathai” disusun menjadi kalimat dan paragraf pendek, khas buku anak-anak. Teks dibagi menjadi kalimat sederhana yang menyampaikan cerita secara efektif. Narasinya berkembang secara lugas, sehingga mudah diikuti oleh pembaca termasuk anak-anak. 

Pengorganisasian teks dalam kalimat dan paragraf pendek sudah cukup untuk menyampaikan cerita dalam buku. Pengorganisasian yang sederhana meningkatkan pengalaman bercerita dan membantu melibatkan pembaca dengan isinya. Struktur teks yang ringkas dan sederhana membantu menjaga perhatian pembaca. Paragraf dan kalimat pendek memudahkan dalam membaca dan memahami cerita.

Literary tools yang digunakan dalam “A Tiny Seed: The Story of Wangari Maathai” adalah ritme, personifikasi, dan imagery (perumpamaan).

  • Dalam teks tersebut, ritme digunakan untuk menciptakan aliran dalam cerita dan melibatkan pembaca dengan rasa musikalitas. Contoh mengenai hal ini terdapat dalam kutipan berikut: “Wangari knew what to do. She taught the women how to plant trees from seeds.” Pola ritme dalam kalimat meningkatkan pengalaman membaca dan menarik perhatian pada tindakan Wangari.
  • Personifikasi digunakan untuk mengaitkan kualitas manusia dengan elemen non-manusia, sehingga memperkaya narasi. Contoh personifikasi dapat dilihat pada kutipan berikut: “In her family’s food garden she broke up the soil with her machete. She pressed tiny seeds into the warm earth.” Dengan mempersonifikasikan soil dan seeds, teks ini menghidupkan elemen-elemen ini, menjadikan tindakan Wangari lebih jelas dan dapat dihubungkan.
  • Imagery (perumpamaan) digunakan dengan terampil untuk melukiskan gambaran yang jelas dalam benak pembaca, sehingga meningkatkan pengalaman visual mereka terhadap cerita tersebut. Sebuah contoh gambaran yang jelas terlihat dalam kalimat berikut: “The women sold the tress and used the money to look after their families. The women were very happy.” Gambaran deskriptif ini membantu pembaca memvisualisasikan kegembiraan perempuan dan dampak positif tindakan Wangari dalam kehidupan mereka.

Karena ini adalah cerita naratif, maka penulis kebanyakan menulis dengan urutan waktu. Ia menyusun ceritanya berdasarkan kronologis waktu. Agar ceritanya lebih jelas, ia mengilustrasikan cerita setelah paragraf dan terus menerus hingga halaman terakhir bukunya. Sehingga, hal ini akan membantu menggerakkan pembaca untuk membaca halaman berikutnya sampai selesai.

Area B: Illustrasi

Ilustrasi sampul buku:

  • Sampul depan “A Tiny Seed” memberikan unsur-unsur penting yang berhubungan langsung dengan kisah Wangari Maathai. Judul “A Tiny Seed” melambangkan awal perubahan dan pertumbuhan, mencerminkan upaya Wangari dalam menanam pohon dan memberdayakan perempuan. Penggunaan warna-warna cerah dan citra detail menyampaikan harapan, pertumbuhan, dan perjalanan inspiratif serta dampak tindakannya terhadap masyarakat.
  • Penyebutan Wangari Maathai dalam subjudulnya menyoroti tokoh sentral dalam narasi tersebut, menekankan perannya dalam mengajar perempuan menanam pohon dari benih dan meningkatkan kehidupan mereka melalui praktik berkelanjutan. Selain itu, penulis dan ilustrator yang disebutkan di sampulnya menandakan upaya kolaboratif untuk menghidupkan kisah Wangari melalui kata-kata dan ilustrasi, yang menangkap esensi dari aktivisme lingkungan dan dampaknya terhadap masyarakat.

Ilustrasi yang digunakan merupakan cetakan gambar atau ilustrasi karya Maya Marshak. Menurut saya, ilustrasi yang paling efektif untuk mengembangkan cerita secara keseluruhan adalah ilustrasi ketika Wangari yang mengajari para perempuan menanam pohon dari biji. Karena hal ini sangat penting dalam menunjukkan misi Wangari untuk memberdayakan masyarakat melalui praktik berkelanjutan. Hal ini menunjukkan dedikasinya untuk meningkatkan kehidupan orang lain dan menciptakan perubahan positif dalam masyarakat.

Dua bagian yang berulang dalam ilustrasi adalah sebagai berikut:

  • Trees (pohon): Pepohonan ditampilkan secara mencolok dan diulang melalui ilustrasi, melambangkan pertumbuhan, alam, dan sebagai percakapan lingkungan dengan Wangari Maathai.
  • Seeds (benih): Benih memainkan peran penting dalam ilustrasi, mewakili permulaan, harapan, dan kekuatan transformatif dari tindakan kecil.

Kehadiran pohon dan benih yang konsisten memperkuat tema sentral pertumbuhan, keberlanjutan, dan pemberdayaan dalam kisah Wangari Mathaai. Dengan mengulangi elemen-elemen ini, ilustrasi menciptakan benang visual yang menghubungkan berbagai bagian narasi, meningkatkan koherensi dan memperkuat pesan-pesan utama.

Area C: Karakterisasi


Ciri dominan yang mudah dikenali dari tokoh utama cerita ini adalah kecintaan dan kepeduliannya yang mendalam terhadap masyarakat Kenya. Sifat ini ditunjukkan melalui keinginannya akan kebahagiaan dan kebebasan masyarakat, serta hubungannya yang kuat dengan kampung halamannya di Afrika.

Sifat tokoh utama yang dibentuk melalui teks adalah kasih sayang dan empati. Wangari menunjukkan kepedulian yang mendalam terhadap masyarakat Kenya, menunjukkan keinginan yang kuat untuk kebahagiaan dan kebebasan mereka. 

Sifat ini terlihat jelas melalui tindakannya dalam mengajar perempuan menanam pohon, sehingga memungkinkan mereka meningkatkan penghidupan dan merasa diberdayakan. Kecintaan Wangari terhadap negaranya dan masyarakatnya terlihat jelas saat ia kembali ke Kenya setelah menyelesaikan studinya, menyaksikan dan membantu menyelesaikan tantangan yang dihadapi masyarakat.

Sifat karakter yang dibentuk melalui ilustrasi adalah kemandirian. Tokoh utama, Wangari, menunjukkan kemandirian melalui tindakan dan interaksinya yang digambarkan dalam ilustrasi. Dia ditampilkan secara aktif terlibat dalam tugas-tugas seperti memecah tanah, menanam benih, dan mengajar perempuan lain untuk menanam pohon, menunjukkan kemandirian dan inisiatifnya. 

Wangari digambarkan sebagai seseorang yang senang berada di luar ruangan dan bekerja di taman, menunjukkan rasa kemandirian dan hubungannya dengan alam. Waktu favoritnya adalah setelah matahari terbenam menunjukkan kenyamanan dengan kesendirian dan kemampuan untuk menavigasi lingkungannya secara mandiri.

Dua ciri karakter Wangari Maathai:

  • Pemberdayaan / Pemimpin: Wangari memberdayakan perempuan di komunitasnya dengan mengajari mereka cara menanam pohon dari benih. Tindakan ini membantu perempuan menghasilkan pendapatan untuk menghidupi keluarga mereka, membuat mereka merasa powerful dan kuat.
  • Pencinta alam: Wangari sangat mencintai alam. Dia menikmati berada di luar, bekerja di kebun pangan keluarganya, memecah tanah dengan parangnya, dan memasukkan benih-benih kecil ke dalam tanah yang hangat. Hubungannya dengan alam dan dedikasinya terhadap pelestarian lingkungan menginspirasi orang lain dan menghasilkan jutaan pohon dari usahanya.

Dalam buku “A Tiny Seed: The Story of Wangari Maathai,” tokoh utama Wangari menghadapi tantangan degradasi lingkungan di kampung halamannya di Kenya. Sekembalinya, ia menghadapi perubahan signifikan seperti pertanian besar-besaran yang mengambil alih lahan, menyebabkan kurangnya sumber daya seperti kayu untuk memasak api, kemiskinan di kalangan masyarakat, dan kelaparan yang meluas, terutama yang menimpa anak-anak. 

Permasalahan yang dihadapi Wangari dalam bukunya, khususnya persoalan kelaparan dan kekurangan sumber daya, bisa jadi berkaitan dengan permasalahan yang banyak dihadapi anak-anak sebelumnya: kerawanan pangan. Anak-anak di berbagai belahan dunia, termasuk Kenya dan sekitarnya, mengalami kelaparan dan kelangkaan sumber daya penting, sehingga berdampak pada kesejahteraan dan pertumbuhan mereka. Kesamaan ini menyoroti sifat universal dari kebutuhan dasar seperti makanan dan tantangan yang dihadapi individu, termasuk anak-anak, dalam konteks yang berbeda.

Tokoh Wangari dalam buku tersebut menunjukkan kemandirian dengan mengambil tindakan secara mandiri untuk menyelesaikan konflik utama. Wangari memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya untuk memberdayakan orang lain dan mengatasi tantangan yang dia hadapi dalam cerita tersebut. 

Wangari mempelajari tumbuhan dan berbagi ilmunya dengan orang lain, menekankan kemampuannya untuk belajar dan mengajar secara mandiri. Dengan mengajari perempuan cara menanam pohon dari benih dan memberdayakan mereka secara ekonomi, Wangari menunjukkan kepemimpinan dan kemandirian. 

Dia memungkinkan para perempuan untuk menghasilkan pendapatan dengan menjual pohon atau tanaman, menunjukkan kecerdikan dan keterampilannya dalam memecahkan masalah. Tindakan Wangari membuat perempuan tersebut merasa berkuasa dan kuat, menyoroti kapasitasnya untuk menginspirasi dan mengangkat orang lain melalui kemandirian.

Penggambaran kemandirian dalam sastra anak menjadi pelajaran berharga bagi pembaca muda, mendorong mereka untuk mengambil inisiatif, memecahkan masalah secara mandiri, dan memberikan dampak positif bagi komunitas mereka. Karakter seperti Wangari menginspirasi anak-anak untuk percaya pada kemampuan mereka dan berusaha untuk perbaikan dan pemberdayaan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun