Wangari digambarkan sebagai seseorang yang senang berada di luar ruangan dan bekerja di taman, menunjukkan rasa kemandirian dan hubungannya dengan alam. Waktu favoritnya adalah setelah matahari terbenam menunjukkan kenyamanan dengan kesendirian dan kemampuan untuk menavigasi lingkungannya secara mandiri.
Dua ciri karakter Wangari Maathai:
- Pemberdayaan / Pemimpin: Wangari memberdayakan perempuan di komunitasnya dengan mengajari mereka cara menanam pohon dari benih. Tindakan ini membantu perempuan menghasilkan pendapatan untuk menghidupi keluarga mereka, membuat mereka merasa powerful dan kuat.
- Pencinta alam: Wangari sangat mencintai alam. Dia menikmati berada di luar, bekerja di kebun pangan keluarganya, memecah tanah dengan parangnya, dan memasukkan benih-benih kecil ke dalam tanah yang hangat. Hubungannya dengan alam dan dedikasinya terhadap pelestarian lingkungan menginspirasi orang lain dan menghasilkan jutaan pohon dari usahanya.
Dalam buku “A Tiny Seed: The Story of Wangari Maathai,” tokoh utama Wangari menghadapi tantangan degradasi lingkungan di kampung halamannya di Kenya. Sekembalinya, ia menghadapi perubahan signifikan seperti pertanian besar-besaran yang mengambil alih lahan, menyebabkan kurangnya sumber daya seperti kayu untuk memasak api, kemiskinan di kalangan masyarakat, dan kelaparan yang meluas, terutama yang menimpa anak-anak.
Permasalahan yang dihadapi Wangari dalam bukunya, khususnya persoalan kelaparan dan kekurangan sumber daya, bisa jadi berkaitan dengan permasalahan yang banyak dihadapi anak-anak sebelumnya: kerawanan pangan. Anak-anak di berbagai belahan dunia, termasuk Kenya dan sekitarnya, mengalami kelaparan dan kelangkaan sumber daya penting, sehingga berdampak pada kesejahteraan dan pertumbuhan mereka. Kesamaan ini menyoroti sifat universal dari kebutuhan dasar seperti makanan dan tantangan yang dihadapi individu, termasuk anak-anak, dalam konteks yang berbeda.
Tokoh Wangari dalam buku tersebut menunjukkan kemandirian dengan mengambil tindakan secara mandiri untuk menyelesaikan konflik utama. Wangari memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya untuk memberdayakan orang lain dan mengatasi tantangan yang dia hadapi dalam cerita tersebut.
Wangari mempelajari tumbuhan dan berbagi ilmunya dengan orang lain, menekankan kemampuannya untuk belajar dan mengajar secara mandiri. Dengan mengajari perempuan cara menanam pohon dari benih dan memberdayakan mereka secara ekonomi, Wangari menunjukkan kepemimpinan dan kemandirian.
Dia memungkinkan para perempuan untuk menghasilkan pendapatan dengan menjual pohon atau tanaman, menunjukkan kecerdikan dan keterampilannya dalam memecahkan masalah. Tindakan Wangari membuat perempuan tersebut merasa berkuasa dan kuat, menyoroti kapasitasnya untuk menginspirasi dan mengangkat orang lain melalui kemandirian.
Penggambaran kemandirian dalam sastra anak menjadi pelajaran berharga bagi pembaca muda, mendorong mereka untuk mengambil inisiatif, memecahkan masalah secara mandiri, dan memberikan dampak positif bagi komunitas mereka. Karakter seperti Wangari menginspirasi anak-anak untuk percaya pada kemampuan mereka dan berusaha untuk perbaikan dan pemberdayaan diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H