Kegiatan pemuliaan telah menciptakan klon bibit yang memberikan hasil pulp yang bagus dan tahan terhadap serangan hama penyakit. Melalui kegiatan persilangan yang terkendali, sifat-sifat unggul yang diharapkan digabungkan, sehingga ekspresinya akan muncul pada keturunannya.
Persilangan dilakukan dari spesies yang sama (intra spesies) dan dari spesies yang berbeda (inter spesies). Tahapan evaluasi kemurnian genetik selanjutnya dilakukan melalui uji biomolekuler. Analisis tersebut tak hanya membantu proses seleksi tanaman secara cepat, namun memberikan hasil akurat.
Dukungan BRIN melalui kegiatan bio molekuler diharapkan dapat mendukung kegiatan seleksi materi genetik yang memunculkan berbagai keunggulan sifat. Tak hanya memilah klon yang memilki karakter tumbuh yang cepat, hasil serat yang berkualitas, juga identifikasi hama penyakit tanaman.
Ir. Albertus Bambang Herdyantara selaku Program Leader Division Forest Improvement menjelaskan bila pembibitan harus mampu secara berkeinambungan menyediakan klon yang berkualitas unggul dalam satu siklus masa panen (lima tahun). Sistem perbanyakan dilakukan melalui kultur jaringan ataupun stek pucuk.
"Secara operasional, untuk Eucalyptus dan Acacia yang dikembangkan hingga mill gate 29 m3/ha/tahun. Angka tersebut melewati standar nasional yang menetapkan 20 m3/ha/tahun." Ungkap Bambang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H