Danau bento tidak hanya terdapat hutan, air, dan rerumputan saja tapi banyak sekali tempat tempat yang  indah dan sangat jarang di kunjungi karena akses untuk menuju tempat tersebut terbatas, karena tidak adanya akses jalan kesana mengakibatkan tempat tersebut tertinggal bahkan terlupakan, tempat yang seharusnya menjadi cagar budaya malah tertinggal dan terlupakan.
Di Danau Bento kita juga menemui berbagai keunikan yang mungkin jarang kita temui di tempat lain, keunikan  tersebut bisa terjadi baik secara alami maupun di sebabkan oleh aktivitas manusia, mungkin banyak orang yang menghiraukan tentang cerita Danau Bento tetapi bagi kami sendiri Danau Bento memiliki berbagai keunikan dan Keindahan yang layak di ceritakan, agar yang mengenal Rawa Bento bukan hanya dari kalangan masyarakat setempat ataupun dari masyarakat kerinci, kami berharap cerita, keindahan, dan keunikan ini bisa di ketahui oleh berbagai kalangan dan bisa mendapat perhatian pemerintah nantinya agar Danau Bento mendapat perhatian dan merawat Danau Bento menjadi lebih baik.
Batu Tangkup
Batu tangkup atau batu batangkup adalah mitos yang berkembang di kalangan masyarakat jawa melayu, dan tentunya juga sudah berkembang di nusantara. Mitos ini mengisahkan akan seorang ibu dan anaknya yang nakal dan durhaka yang membuat sang ibu memutuskan untuk masuk kedalam batu batangkup. Lain halnya batu tangkup yang berada di kayu aro, danau bento ini, tangkup dalam bahasa kerinci berarti tangkap, dimana menuru mitos yang berkembang di masyarakat batu ini menelan orang yang melewati tempatnya. Batu tangkup ini juga menelan manusia dan menyisakan rambutnya. Batu tangkup ini tidak hanya menelan orang yang meratap saja tetapi siapa saja yang dating melewatinya akan di tangku atau di tangkapnya dan menelannya.
Kisahnya ketika si pait lidah dating ke area gunung sangka dia bertemu dengan batu ini dan batu ini hendak memakannya lalu si pait lidah menggunakan kesaktian dari mulutnya yaitu mengutuk, dan batu ini di kutuk dan tidak bisa bergerak dan menjadi batu yang sebenarnya selamanya hingga sampai kini batu ini masih ada.
Batu ini terletak di pengujung rawa bento tepatnya di depan Gunung Sangka di sampan Danau Undan, seolah dia menjadi penjaga pintu masuk area Gunung Sangka, batunya yang besar seolah menjadi gerbang utama pintu masuk ke area pertanian di Gunung Sangka.
Puhun Anguh
Puhun anguh atau purun angus merupakan keunikan yang berada di tengah hutan basah Danau Bento. Purun merupakan Salah satu tanaman yang tumbuh liar di dekat air atau rawa gambut.  Tanaman ini sejenis dengan daun  pandan yang hidup di sekitar rawa dan bersifat mudah terbakar jika dalam kondisi kering akibat adanya reaksi gas metan yang terkandung di dalam gambut.Purun juga dijadikan untuk membuat tikar tapi yang sering digunakan oleh warga dulu yaitu bigau sejenis purun cuamn lebih besar dan lebih kuat, purun di tengah Hutan Basah Danau Bento sangat luas dan sangat melimpah.
Biasanya warga membakarnya ketika musim kemarau karena masih ada yang punya keyakinan yaitu ketika membakar tanaman ini bisa membuat hujan, karena kepercayaan inilah rumput purun yang luas di bakar dan menjadi hitam sehingga warga menyebutnya puhun anguh atau purun angus.Karena jumlahnya yang sangat banyak dan terhampar sangat luas ditambah tanaman purun sangat mudah terbakar, ketika ada yang membakarnya maka warga sekitar melihatnya seperti ada cahaya merah yang berasal dari tengah hutan basah akibat dari pembakaran tanaman purun dan menjadi kebakaran, hal ini menjadi mitos yang berkembang di masyarakat
Keunikan Bentuk Hutannya
Hutan rawa adalah hutan yang tumbuh dan berkembang di wilayah yang selalu tergenang air tawar atau  secara musiman wilayah hutan selalu tergenang air tawar. Pada periode tertentu, daerah-daerah yang berada di dekat aliran sungai akan tergenang luapan air sungai ketika musim hujan, keadaan alami tersebut menyebabkan terbentuknya hutan rawa. Posisi hutan ini biasanya berada di belakang hutan bakau atau mangrove yang memiliki ciri digenangi oleh pasang surut air laut.