Di kecamatan Kayu aro tepat di depan gunung Kerinci terdapat Hamparan Rumput Yang Luas dan di dalamnya terdapat Rawa Masyarakat setempat menyebutnya danau Bento karena kalau dilihat dari tempat yang tinggi seperti dari atas Gunung Kerinci terlihat Seperti Danau di tambah dengan adanya beberapa Tempat Yang disebut Danau Oleh Masyarakat setempat. Danau ini diapit oleh 3 Gunung yaitu Gunung Kerinci, Gunung Tujuh, dan Gunung Sangka, dan juga deretan Perbukitan sehingga terlihat seperti mangkuk jika di lihat dari atas Gunung Kerinci, jika di lihat dan di amati dari gunung kerinci maka akan terlihat hutan basah yang dikelilingi oleh rerumputan bento yang hijau dan di tengahnya akan terlihat jalur sungai yang tertutupi oleh bento.
Tapi sebelumnya kita hendaknya mengenal tentang Danau Bento terlebih dahulu, air rawa ini bersifat tawar, jika amati dari dekat air nya terlihat hitam pekat dan juga ada yang berwarna kuning dan merah, dan juga airnya yang berbau lumpur yang khas, hal ini terjadi karena bento yang sudah tua akan mati dan akarnya membusuk dan mengeluarkan bau yang khas akibat dari pembusukan akar rumput bento tersebut dan juga endapan air yang tidak mengalir deras sehingga air mengendap bersamaan dengan tanah yang akhirnya menjadi lumpur dan menghasilkan bau yang khas.
Beberapa pendapat menyatakan rawa bento dulunya adalah sebuah danau sebelum mengalami pendangkalan hingga berubah menjadi rawa, hal ini ditandai dengan adanya dua danau yang dikenal masyarakat yaitu Danau Undan (dalam bahasa siulak kerinci, undan berarti belibis) dan Pusat Danau. Sekitar tahun 2010 kedua Danau ini masih terlihat dan  kita masih bisa melihat Danaunya tetapi karena aktivitas rumput bento yang terus merambat mengakibatkan Danau ini berangsur menghilang tertutup oleh bento.
Luasnya rerumputan bento juga di akibatkan aktivitas warga setempat yang menebang pohon untuk dijadikan sawah tetapi kegiatan tersebut terhenti di akibatkan karena areanya yang sangat dalam sehingga membuat kesulitan bagi para petani untuk menanam padi, apalagi pada saat musim hujan yang membuat tanah menjadi semakin cair dan menhanyutkan padi sehingga merusak hasil panen para petani, dan kini tempat tersebut di alih fungsikan untuk pengembalaan ternak berupa sapi dan kerbau.
Danau bento juga disebut "MENTO BERAYUN" karena tekstur dari tanah yang kita injak di danau bento seolah kita berjalan di atas air, ini bias terjadi Karena danau bento  merupakan jalur air sungai dari sungai-sungai kecil yang mengalir sehingga air-air itu berkumpul di sebuah titik dan membentuk danau dang mengalirkan air itu dari bawah sehingga menjadi sungai bawah tanah, sehingga ketika menginjak tanah di rawa bento kita seperti berjalan di atas karpet yang di bawahnya air.
Tempat ini mempunyai lapisan sehingga bisa menahan beratnya pohon dan beratnya rerumputan bento, bahkan mampu menahan  berat beban manusia. Bahkan juga kerbau bisa berjalan di atasnya. Tempat ini di bagi menjadi empat lapis:
Lapisan pertama di isi dengan air dan lumpur
Lapisan kedua berupa lumpur dan sedikit tanah
Lapisan ketiga berupa rerumputan Bento
Dan yang terakhir yaitu berupa hutan yang di isikan berbagai pepohonan
Danau bento tidak hanya terdapat hutan, air, dan rerumputan saja tapi banyak sekali tempat tempat yang  indah dan sangat jarang di kunjungi karena akses untuk menuju tempat tersebut terbatas, karena tidak adanya akses jalan kesana mengakibatkan tempat tersebut tertinggal bahkan terlupakan, tempat yang seharusnya menjadi cagar budaya malah tertinggal dan terlupakan.
Di Danau Bento kita juga menemui berbagai keunikan yang mungkin jarang kita temui di tempat lain, keunikan  tersebut bisa terjadi baik secara alami maupun di sebabkan oleh aktivitas manusia, mungkin banyak orang yang menghiraukan tentang cerita Danau Bento tetapi bagi kami sendiri Danau Bento memiliki berbagai keunikan dan Keindahan yang layak di ceritakan, agar yang mengenal Rawa Bento bukan hanya dari kalangan masyarakat setempat ataupun dari masyarakat kerinci, kami berharap cerita, keindahan, dan keunikan ini bisa di ketahui oleh berbagai kalangan dan bisa mendapat perhatian pemerintah nantinya agar Danau Bento mendapat perhatian dan merawat Danau Bento menjadi lebih baik.
Batu Tangkup
Batu tangkup atau batu batangkup adalah mitos yang berkembang di kalangan masyarakat jawa melayu, dan tentunya juga sudah berkembang di nusantara. Mitos ini mengisahkan akan seorang ibu dan anaknya yang nakal dan durhaka yang membuat sang ibu memutuskan untuk masuk kedalam batu batangkup. Lain halnya batu tangkup yang berada di kayu aro, danau bento ini, tangkup dalam bahasa kerinci berarti tangkap, dimana menuru mitos yang berkembang di masyarakat batu ini menelan orang yang melewati tempatnya. Batu tangkup ini juga menelan manusia dan menyisakan rambutnya. Batu tangkup ini tidak hanya menelan orang yang meratap saja tetapi siapa saja yang dating melewatinya akan di tangku atau di tangkapnya dan menelannya.
Kisahnya ketika si pait lidah dating ke area gunung sangka dia bertemu dengan batu ini dan batu ini hendak memakannya lalu si pait lidah menggunakan kesaktian dari mulutnya yaitu mengutuk, dan batu ini di kutuk dan tidak bisa bergerak dan menjadi batu yang sebenarnya selamanya hingga sampai kini batu ini masih ada.
Batu ini terletak di pengujung rawa bento tepatnya di depan Gunung Sangka di sampan Danau Undan, seolah dia menjadi penjaga pintu masuk area Gunung Sangka, batunya yang besar seolah menjadi gerbang utama pintu masuk ke area pertanian di Gunung Sangka.
Puhun Anguh
Puhun anguh atau purun angus merupakan keunikan yang berada di tengah hutan basah Danau Bento. Purun merupakan Salah satu tanaman yang tumbuh liar di dekat air atau rawa gambut.  Tanaman ini sejenis dengan daun  pandan yang hidup di sekitar rawa dan bersifat mudah terbakar jika dalam kondisi kering akibat adanya reaksi gas metan yang terkandung di dalam gambut.Purun juga dijadikan untuk membuat tikar tapi yang sering digunakan oleh warga dulu yaitu bigau sejenis purun cuamn lebih besar dan lebih kuat, purun di tengah Hutan Basah Danau Bento sangat luas dan sangat melimpah.
Biasanya warga membakarnya ketika musim kemarau karena masih ada yang punya keyakinan yaitu ketika membakar tanaman ini bisa membuat hujan, karena kepercayaan inilah rumput purun yang luas di bakar dan menjadi hitam sehingga warga menyebutnya puhun anguh atau purun angus.Karena jumlahnya yang sangat banyak dan terhampar sangat luas ditambah tanaman purun sangat mudah terbakar, ketika ada yang membakarnya maka warga sekitar melihatnya seperti ada cahaya merah yang berasal dari tengah hutan basah akibat dari pembakaran tanaman purun dan menjadi kebakaran, hal ini menjadi mitos yang berkembang di masyarakat
Keunikan Bentuk Hutannya
Hutan rawa adalah hutan yang tumbuh dan berkembang di wilayah yang selalu tergenang air tawar atau  secara musiman wilayah hutan selalu tergenang air tawar. Pada periode tertentu, daerah-daerah yang berada di dekat aliran sungai akan tergenang luapan air sungai ketika musim hujan, keadaan alami tersebut menyebabkan terbentuknya hutan rawa. Posisi hutan ini biasanya berada di belakang hutan bakau atau mangrove yang memiliki ciri digenangi oleh pasang surut air laut.
Hutan dirawa bento mempunyai berbagai keunikan-keunikan seperti dibagian barat daya dan selatan yaitu dari hutan yang berkawasan dari desa Sungai Dalam sampai dengan kawasan desa Danau Tinggi, hutan yang terlihat lebat dan pohon yang tinggi tetapi didalamnya pohon hutannya menjadi lebih rendah seolah pepohonan yang tinggi itu menjadi pagar untuk pohon yang lebih rendah dan ini bisa dilihat didekat jalan menuju Tirai Embun Nampak lebih jelas pepohonannya yang terlihat lebih rendah dan sepertinya jenis pohonnya juga sama, dan warnanya yang terlihat seperti abu-abu.
Lain halnya pepohonan yang berada di arah Barat Laut dan Utara terlihat lebih Rimbun dan kayunya yang tinggi, karena pepohonannya yang tinggi malah ada warga masyarakat mengambil pohon untuk dijadikan papan untuk membuat bahan bangunan, tetapi kita tak perlu mengkhawatirkan tentang hutannya karena kayunya sangat mudah untuk tumbuh kembali.Hutan yang berada di kawasan Danau Bento Hutan dan Rawanya sangatlah luas, hampir luasnya menyaingi kecamatan Kayu Aro dan Gunung Tujuh, hutan rawa ini hidup bebagai jenis satwa atau binatang dan berbagai tumbuhan yang salah satu contohnya ikan seluang dalam bahasa siulak kerinci, yaitu jenis ikan kecil yang banyak hidup di rawa-rawa dan disini populasinya melimpah.Dan juga populasi eceng gondak yang banyak tumbuh liar seolah menghiasi tanaman di rawa dan di danau bento yang indah kalau kita perhatikan populasi dari tahun ke tahun cukup melimpah.
Danau Undan
Disebut Danau Undan  karena karena di danau banyak sekali burung undan, "undan" sendiri adalah sebutan burung belibis dalam bahasa siulak kerinci, di danau ini sangat banyak burung belibis atau undan dan habitat heawan lainnya khususnya burung, seperti burung belibis, bangau, puyuh dan berbagai burung lainnya.Danau ini sangat dalam tidak ada orang yang berani masuk kedalamnya karena kedalamannya hampir tidak ada yang pernah menyentuh dasarnya, karena hal inilah danau cukup berbahaya untuk di masuki, tetapi masyarkat sekitar dulunya sering mencari ikan di area sekitaran danau ini, kebanyakan dari mereka mencari ikan dipinggir atau di muara danau ini.
Muara danau ini tidak sama dengan muara danau lainnya muaranya terpencar-pencar karena adanya pemisahan yang terjadi karena aktivitas yang terjadi oleh perambatan rerumputan bento yang kemudian menutupi sehingga ketika kita ingin melihat muaranya seperti air yang menggenang saja, tetapi itu sebenarnya adalah muara.Danau ini dulunya sangatlah luas dan seperti danau pada umumnya yang dipenuhi dengan air tapi perbedaannya danau ini di campuri dengan lumpur sehingga airnya terlihat dangkal agak kehitaman dan baunya yang khas. Tetapi sekarang Danau ini tertutupi oleh rambatan Ruput Bento sehingga permukaannya sudah tidak terlihat lagi, dan terlihat seperti padang rumput, hingga lebih terlihat seperti padang savanna yang sangat hijau. Danau ini sebenarnya tempat persinggahan air sementara, dan air itu menggenang membentuk sebuah  Danau dulunya, tetapi sekarang karena ditutupi oleh rerumputan bento, jadinya danau ini menjadi sungai danau bawah tanah. danau ini terbentuk secara alami ditutupi oleh perambatan rumput bento dan menutupi area danau dan menyempitkan danau membuat aliran nya menjadi sungai dan tertutupi menjadi sungai bawah tanah.
Pusat Danau
Pusat danau ini terbentuk akibat aliran dari banyaknya sungai yang mengalir menuju rawa dan berakhir di pusat danau. Pusat danau ini merupakan air yang surut seolah tersedot ke bawahdan airnya mengalir dari bawah yang nantinya menjadi sungai bawah tanah, dan  mengalir menuju Danau Undan dan menerus ke muara air sungai keruh, muara air ini sangat luas dan aliran airnya menuju ke pelompek yang nantinya berakhir di Sumatra Barat.
Biasanya danau ini dijadikan aktivitas mencari ikan oleh warga setempat bahkan ada yang bermalam untuk mencari ikan di pusat danau, warga setempat  biasanya mendirikan sebuah pondok atau gubuk di sekitaran pusat danau untuk di tempatii dan mencari ikan, biasanya mereka beraktivitas mencari ikan dimalam hari dan di pagi harinya mereka kembali ke rumah dan menjual hasil dari tangkapan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H