Di era 1990an, pemerintah Singapura mengubah arah pengembangan pariwisatanya. Bahwa seharusnya pariwisata bukan hanya untuk turis asing, tapi juga untuk warga Singapura. Industri pariwisata yang berhasil adalah yang dapat membuat hidup warga lebih bersemangat dan bangga akan Singapura.
Selain itu, pengembangan pariwisata di Singapura tidak dilakukan parsial, namun terintegrasi dengan pembangunan kotanya. Menurut Dr. Limin Hee, Wakil Direktur Centre for Liveable Cities, tak banyak kota di dunia yang mampu melakukan pengembangan pariwisata sejalan dengan pembangunan ekonomi, upaya melestarikan lingkungan dan peningkatan kualitas hidup warga.
Berbeda dengan Indonesia, Singapura sebagai negara kecil mempunyai keterbatasan akan sumber daya alam. Sumber air bersih dan pembangkit listrik mereka tidak punya. Untuk itu mereka harus impor air bersih dan listrik dari negara tetangga Malaysia. Begitu juga dengan bahan pangan, yang diimpor dari berbagai negara.
Keterbatasan seperti ini membuat pemerintah Singapura harus cermat berhitung agar tidak mengalami kekurangan pasokan, apalagi karena meningkatnya jumlah wisatawan.
Salah satu daya tarik Singapura sebagai destinasi pariwisata dunia adalah sistem transportasinya yang super handal. Fasilitas transportasi massal, SMRT, dibangun sejak tahun 1987. Fasilitas MRT yang terintegrasi dengan halte-halte bus memudahkan turis untuk berwisata ke tiap sudut Singapura, dan juga menunjang aktivitas warga sehari-hari. Alhasil, kemacetan dan polusi di jalan raya hal yang jarang ditemui.
Lihatlah juga bagaimana layanan dan fasilitas publik dibangun. Sekolah, rumah sakit, perpustakaan, museum, sistem sanitasi & pengolahan limbah, taman, dsb.
Dari layanan publik yang handal, Singapura pun menjadi salah satu destinasi bagi mereka yang mencari layanan kesehatan dan pendidikan yang lebih baik.
Jadi tidaklah keliru jika arah pariwisata pemerintah Singapura adalah membuat kualitas hidup warga lebih baik dan bangga akan Singapura.
Jika warga Singapura bahagia tinggal di negaranya, maka wisatawan pun akan tertarik berkunjung berulang kali dan tinggal lebih lama di Singapura. Dan secara tidak langsung, pemerintah Singapura telah berupaya menekan berbagai dampak potensial dari kegiatan pariwisata.
Lalu bagaimana dengan Indonesia?