Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Muslihat Hakim Sarmin 10] Muslihat Sebutir Obat

18 April 2019   19:02 Diperbarui: 18 April 2019   19:09 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari pxhere.com

Sekertaris wali kota masih mengipasi Pak Wali kota ketika Pak Panjaitan datang membawa obat dan segelas air putih. Pak Wali kota menerima obat dan air putih yang ditawarkan. Tepat saat itulah muncul Komandan Kuncoro masuk.

"Jangan minum obat itu!" teriak Komandan Kuncoro. "Jangan minum air yang dia berikan dan jangan memasukkan apa pun yang Pak Panjaitan berikan pada mulut Anda, Pak Wali kota!"

Pak Panjaitan, Pak Wali kota, dan sekertarisnya terlonjak mendengar perintah yang keras dan tegas itu. Pak Wali kota makin tampak terengah dan mukanya membiru. Nampaknya, asma dan kekagetannya menyumbat jalan nafasnya. Sekertaris kemudian mengambil obat asma yang berupa inhaler untuk kondisi darurat dan menyerahkannya pada Pak Wali kota.

"Apa maksudnya ini, Komandan Kuncoro?" tanya Pak Wali kota ketika penyakitnya sudah teratasi.

"Dokter Putra memberikan obat pada Pak Panjaitan untuk membunuh Anda, Pak Wali kota," kata Komandan Kuncoro. "Percayalah padaku."

"Percaya padamu?" ledek Pak Wali kota. "Dirimu yang mengenakan kalung janur kuning seperti yang dikenakan oleh para pemberontak?"

"Aku... Aku... Aku akan menjelaskannya nanti, Pak Wali kota..." kata Komandan Kuncoro tergagap-gagap. "Kita urus obat yang akan mencelakakan Pak Wali kota ini dulu."

Komandan Kuncoro menatap tajam Pak Panjaitan. Pak Panjaitan merasa salah tingkah ditatap sedemikian rupa oleh Komandan Kuncoro. Walaupun dia adalah pengacara yang sering bersilat lidah di pengadilan, Pak Panjaitan betul-betul tak kuasa mengelak dari tatapan mata Komandan Kuncoro.

"Katakanlah sambil angkat kepala Anda, Pak Panjaitan," tantang Komandan Kuncoro. "Obat yang Anda berikan tadi adalah dari dr. Putra untuk mencelakai Pak Wali kota."

"Anda memfitnah saya, Komandan," kata Pak Panjaitan mengangkat kepalanya yang sejak tadi menunduk. Namun dia masih belum bisa menatap mata Komandan Kuncoro.

Komandan Kuncoro kemudian mengambil obat yang tadi diberikan Pak Panjaitan pada Pak Wali kota di atas meja. Ia lalu mengulurkan obat itu pada Pak Panjaitan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun