"Pada dasarnya, dr. Boyke dan teman-temannya meragukan keseriusan pemuda itu untuk mencuri. Namun, pemuda itu sudah memberi uang sebesar 5 juta pada dr. Boyke dan teman-temannya sehingga malam itu, mereka tetap berkumpul di warung tenda," terang Dian. "Kalau tidak jadi, ya sudah. Mereka kembali ke tempat masing-masing."
Sandra menganggukkan kepalanya.
"Tapi Mbak, kalau dia bisa memberi uang 5 juta pada tiap-tiap orang di komplotannya, berarti dia bukan orang yang kekurangan harta, kan?" tanya Sandra lagi. "Kemudian, untuk apa dia mencuri Toko Emas Semar?"
Dian kini menegakkan badannya dan membuka ponselnya.
"Aku sempat menemui pemilik warung tenda yang disebutkan itu," kata Dian. "Pemuda yang meninggal itu, tertarik dengan sebuah kotak yang dimiliki oleh Koh Afu. Beberapa kali pemuda itu menanyai pemilik warung tentang Koh Afu dan kotaknya. Menurut rumor yang beredar, kotak itu berisi pesugihan. Tapi entahlah."
Dian dan Sandra terdiam. Mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
"Kita masih harus menemukan orang-orang di komplotan itu dan mencari tahu, mereka punya alibi atau tidak pada hari Minggu," kata Dian pada akhirnya.
***
Sandra menengadahkan kepalanya ketika seseorang melempar sebendel kertas di atas meja kerjanya. Saat itu, dia sedang membuat rangkuman kasus yang dikerjakan Dian selama sebulan ini. Sandra melihat wajah Dian yang pucat dan rambut pendeknya yang berantakan.
"Ini apa?" tanya Sandra sambil membuka bendel kertas yang dilempar oleh Dian.
"Hasil otopsi mayat pemuda itu," jawab Dian.