"Mau makan di sini?" tanyanya.
Aku mengangguk. Kami pun berhenti dan memarkirkan motor di rumah makan yang pada pintunya di dominasi cat warna hijau dan kuning. Di halaman parkir, hanya ada sebuah mobil sedan berwarna hitam yang menggunakan plat nomor B. Sepertinya, pemilik mobil sedan itu musafir seperti kami.
Saat kami masuk, beberapa orang yang berseragam merah hitam sibuk mondar-mandir. Aku menghampiri salah seorang di antara mereka yang sedang menata piring di atas meja.
"A, tos buka?" tanyaku.
"Atos, Neng," jawabnya. "Mangga..."
Aku mengangguk padanya dan mengajak suamiku memilih tempat duduk. Setelah berkeliling, kami memilih duduk di depan counter kasir. Tak berapa lama kami duduk, seseorang meletakkan sebakul nasi, secobek sambal, dan sepiring lalapan di atas meja.
"Menunya mana, Mas?" tanya suamiku.
"Di sini, semua menu yang sudah siap akan kami hidangkan di atas meja kecuali sate," jawab orang itu. "Sate baru akan dihidangkan bila ada yang pesan. Tapi sekarang belum siap."
Orang itu segera berlalu. Suamiku mengerutkan dahinya. Dia tidak familiar dengan penyajian menu di rumah makan Sunda. Tak berapa lama, orang itu datang lagi membawa piring yang berisi 2 potong gepuk, 2 potong ayam goreng, dan 4 potong tempe goreng.
"Menunya ini doank?" tanya suamiku.
"Masih disiapin kali," jawabku. "Aku mau cuci tangan dulu."