Beberapa puisi ditulis menyerupai prosa, misalnya puisi yang berjudul "reportase dari puskesmas" dan "nyanyian abang becak". Wiji Thukul pun menyelipkan percakapan-percakapan di dalam puisi-puisi tersebut.Puisi kesebelas dari bab terakhir pun ditulis dengan sangatunik.
(11)
berhari-hari—ratusanjam—ratusankilometer—puluhankota—bus—colt—truk—angkutan—asaprokok—uapsampah— tengik wc — knalpot terminal — embun subuh — baca koran— omongan penguasa — nonton tivi — omongan penipu — presiden marah-marah — jenderal — jenderal marah-marah — intelektual bayaran ikut-ikutan — sekretariat organisasi aktivis diobrak-abrik— penculikan — penggrebekan — pengejaran — pembenaran dibikin kemudian — semua benar karena semua diam
(Thukul, 2014: 224)
Nyanyian Akar Rumput adalah suatu wujud keberanian seorang penyairyang berasal kalangan kecil melawan pemerintahan yang besar dan sewenang-wenang. Buku ini mengajarkan sejarah yang tidak ditulis di dalam buku pelajaran sekolah. Kata-katanya berhasil membangkitkan kemarahan, kesedihan, dan kemirisan bagi pembaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H