Mohon tunggu...
Meirad Arianza Bima
Meirad Arianza Bima Mohon Tunggu... Mahasiswa prodi Ilmu Hukum di Universitas Asahan

Saya memiliki ketertarikan dengan filsafat dan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Universitas dalam Belenggu

9 November 2024   07:00 Diperbarui: 9 November 2024   07:12 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Depolitisasi Ruang Akademik

Salah satu transformasi paling berbahaya dalam pendidikan tinggi kontemporer adalah depolitisasi sistematis ruang akademik. Universitas, yang historis merupakan tempat lahirnya gerakan-gerakan sosial progresif dan pemikiran kritis, kini semakin disterilkan dari diskursus politik transformatif. Proses ini berlangsung melalui berbagai mekanisme halus maupun kasar -- dari regulasi yang membatasi aktivisme kampus hingga pendisiplinan ideologis melalui kurikulum yang "netral" dan "profesional".

Wacana "profesionalisme" dan "objektivitas akademik" seringkali berfungsi sebagai topeng ideologis untuk membungkam kritik terhadap tatanan sosial yang ada. Mahasiswa didorong untuk menjadi "apolitik" dan fokus pada pengembangan keterampilan teknis yang dibutuhkan pasar kerja. Sementara itu, mata kuliah-mata kuliah yang memiliki potensi membangun kesadaran kritis -- seperti teori sosial kritis, filsafat politik, atau ekonomi politik -- secara sistematis dimarginalkan atau dinetralisir muatan kritisnya. Depolitisasi ini tidak hanya menghasilkan lulusan yang tidak kritis, tetapi juga menghambat kemungkinan lahirnya alternatif-alternatif sosial yang radikal dari ruang akademik.

Krisis Legitimasi

Akumulasi berbagai kontradiksi dalam sistem pendidikan tinggi kapitalistik telah menghasilkan krisis legitimasi yang mendalam. Gelar universitas, yang dulunya menjanjikan jaminan mobilitas sosial, kini semakin kehilangan nilainya di tengah inflasi kredensial dan pengangguran terdidik yang masif. Biaya pendidikan yang melambung telah menciptakan generasi yang terjebak dalam hutang pendidikan, sementara kualitas pendidikan yang mereka terima semakin dipertanyakan.

Krisis legitimasi ini memiliki dimensi epistemologis yang lebih dalam. Klaim universitas sebagai institusi pencarian kebenaran yang objektif semakin sulit dipertahankan ketika agenda penelitian dan pengajaran secara transparan ditentukan oleh kepentingan pasar. Skeptisisme publik terhadap otoritas akademik meningkat, sebagian karena kesadaran akan bias-bias sistemik dalam produksi pengetahuan akademik, sebagian lagi karena kampanye anti-intelektualisme yang dikapitalisasi oleh kekuatan-kekuatan reaksioner.

Jalan Pembebasan

Menghadapi krisis multidimensi ini, reformasi parsial jelas tidak cukup. Yang dibutuhkan adalah transformasi radikal yang memutus dominasi logika kapital atas pendidikan tinggi. Transformasi ini harus dimulai dengan pengakuan bahwa pendidikan adalah hak asasi manusia, bukan komoditas. Ini berarti penghapusan total biaya pendidikan dan demokratisasi akses ke pendidikan berkualitas untuk semua.

Pada level struktural, diperlukan reorganisasi fundamental universitas yang mengembalikan kendali atas institusi pendidikan ke tangan komunitas akademik dan masyarakat luas. Ini mencakup:

1. Demokratisasi total tata kelola universitas, dengan partisipasi substantif mahasiswa, dosen, dan staf dalam pengambilan keputusan

2.Penghapusan hierarki feodalistik dalam struktur akademik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun