Depolitisasi Ruang Akademik
Salah satu transformasi paling berbahaya dalam pendidikan tinggi kontemporer adalah depolitisasi sistematis ruang akademik. Universitas, yang historis merupakan tempat lahirnya gerakan-gerakan sosial progresif dan pemikiran kritis, kini semakin disterilkan dari diskursus politik transformatif. Proses ini berlangsung melalui berbagai mekanisme halus maupun kasar -- dari regulasi yang membatasi aktivisme kampus hingga pendisiplinan ideologis melalui kurikulum yang "netral" dan "profesional".
Wacana "profesionalisme" dan "objektivitas akademik" seringkali berfungsi sebagai topeng ideologis untuk membungkam kritik terhadap tatanan sosial yang ada. Mahasiswa didorong untuk menjadi "apolitik" dan fokus pada pengembangan keterampilan teknis yang dibutuhkan pasar kerja. Sementara itu, mata kuliah-mata kuliah yang memiliki potensi membangun kesadaran kritis -- seperti teori sosial kritis, filsafat politik, atau ekonomi politik -- secara sistematis dimarginalkan atau dinetralisir muatan kritisnya. Depolitisasi ini tidak hanya menghasilkan lulusan yang tidak kritis, tetapi juga menghambat kemungkinan lahirnya alternatif-alternatif sosial yang radikal dari ruang akademik.
Krisis Legitimasi
Akumulasi berbagai kontradiksi dalam sistem pendidikan tinggi kapitalistik telah menghasilkan krisis legitimasi yang mendalam. Gelar universitas, yang dulunya menjanjikan jaminan mobilitas sosial, kini semakin kehilangan nilainya di tengah inflasi kredensial dan pengangguran terdidik yang masif. Biaya pendidikan yang melambung telah menciptakan generasi yang terjebak dalam hutang pendidikan, sementara kualitas pendidikan yang mereka terima semakin dipertanyakan.
Krisis legitimasi ini memiliki dimensi epistemologis yang lebih dalam. Klaim universitas sebagai institusi pencarian kebenaran yang objektif semakin sulit dipertahankan ketika agenda penelitian dan pengajaran secara transparan ditentukan oleh kepentingan pasar. Skeptisisme publik terhadap otoritas akademik meningkat, sebagian karena kesadaran akan bias-bias sistemik dalam produksi pengetahuan akademik, sebagian lagi karena kampanye anti-intelektualisme yang dikapitalisasi oleh kekuatan-kekuatan reaksioner.
Jalan Pembebasan
Menghadapi krisis multidimensi ini, reformasi parsial jelas tidak cukup. Yang dibutuhkan adalah transformasi radikal yang memutus dominasi logika kapital atas pendidikan tinggi. Transformasi ini harus dimulai dengan pengakuan bahwa pendidikan adalah hak asasi manusia, bukan komoditas. Ini berarti penghapusan total biaya pendidikan dan demokratisasi akses ke pendidikan berkualitas untuk semua.
Pada level struktural, diperlukan reorganisasi fundamental universitas yang mengembalikan kendali atas institusi pendidikan ke tangan komunitas akademik dan masyarakat luas. Ini mencakup:
1. Demokratisasi total tata kelola universitas, dengan partisipasi substantif mahasiswa, dosen, dan staf dalam pengambilan keputusan
2.Penghapusan hierarki feodalistik dalam struktur akademik