Dear Ahok,
Apa kabar lo hari ini?
Jadi hari Kamis kemarin akhirnya lo bebas. Sejak pagi publik heboh. Jagad medsos guncang. Dunia pun geger. Mari coba kita rangkum apa kata dunia mengomentari kebebasan lo.
"Governor Convicted of Blasphemy Freed From Indonesian Prison" (New York Times, USA)
"Ahok release a reminder of 'weaponised' blasphemy law in Indonesia" (Sydney Morning Herald, Australia)
 "Ahok, Jakarta's former governor, released after jail term for blasphemy" (The Guardian, UK)
Dan banyak lagi judul liputan sejenis dari berbagai media tersohor sedunia. Tapi dari semuanya, yang paling mantul tentunya liputan South China Morning berikut ini:
"Ex-Jakarta governor Ahok: out of jail.. and into arms of ex-wife's bodyguard"
Uhuk.
Dan inilah pangkal debat kusir di kalangan Ahokers beberapa hari terakhir ini. Awalnya, sebagian Ahokers menyesalkan betapa cepatnya lo pindah ke lain hati. Apalagi si wanita usianya baru seumuran anak lo. Namun perdebatan sekarang mengerucut ke soal patriarkhi dan kesetaraan gender. Semua berawal dari video rumpi-rumpi lo dengan OSO:
https://www.youtube.com/watch?v=vTOJdp2mZlY
Lalu mari kita rangkum sedikit komentar netizen:
"Gak nyangka, Ahok cuma segitu ishh..."
"Mundurrr grakkk dari supporter...tetiba ilfeel abissss"
"Tanpa Veronica, ternyata dia hanya lelaki biasa"
Well. Perlu banget nih gw bahas. Tapi sebelum itu, gw mau kasih lo liat video lainnya. Video buatan gw. Sebuah proyek kecil yang tertunda hampir 2 tahun. Kudunya gw rilis pas lo baru-baru masuk Mako Brimob. Tapi monmaap waktu itu gw sibuk-buk-buk dengan urusan penyelesaian studi doktoral gw di Sydney. Alhasil, baru semalam gw sempat upload ke Youtube:
Anggaplah video ini sebagai kado kecil dari gw atas kebebasan lo***. Sebenernya ini kado buat gw juga sih. Dan buat jutaan orang yang simpati pada perjuangan lo. Untuk mengenang masa dua tahun Ibukota Jekardah yang gilang-gemilang. Yang entah kapan akan terulang.
**insofar sih madesu**.
Mari merangkai kembali potongan peristiwa-peristiwa gokil bin epic selama waktu yang singkat itu. Sambil kita semua menangis dan tertawa bersama. Sambil mengenang segala kegilaan "Pemahaman nenek lo" dan sahut-sahutan lo dengan Haji Lulung.
Nah, jadi sini ya Hok gw kasitau lo. Ahokers tuh kenalnya Ahok versi "yang itu". Ahok yang epik, yang gw summarize dalam video epik berdurasi 3 menit 41 detik itu.
Begitu denger rumpi-rumpi ngember lo sama OSO, dimana lo secara vulgar ngomongin kekurangan Vero, ya kelar dah idup lo. Netizen #TeamVero pada ngamuk! Jangan lo tanya respons netizen Ahokers yang feminist. Dari kemaren mereka ramai-ramai declare menarik dukungan dari elo. Seriously!
Anyway, penghakiman mereka terhadap elo sih, gw rasa, juga agak berlebihan. To be fair, coba kita bedah atu-atu "kata-kata elo" di video rumpi-rumpi OSO, yang jadi sumber perdebatan:
"Cari istri itu utk menggantikan peran ibu saya : masak-masak, bikin kue, ngurusin saya"
Hellow netizen, ini kata emaknya Ahok lho, bukan kata Ahok himself.
"Kalau mau nikah jangan cari perawan tua atau janda. Pasti nanti bermasalah"
Lha ini juga kata emaknya Ahok, bukan kata Ahok himself.
"Saya diramal bisa jadi orang besar dan kaya. Mantan istri saya aja yg garis tangannya beda, gak hoki utk bisa menikmati itu. Saya disuruh cari lagi aja yg garis tangannya sama".
Nha yang ini kata temannya Ahok, bukan kata Ahok himself.
Jadi, apakah Ahok memang benar penganut paham patriarkis plus percaya klenik, masih harus diklarifikasikan lagi pada ybs, karena dalam rumpi-rumpi with OSO itu Ahok cuma ngebahas omongan emaknya dan omongan temannya. Gitu lho, netizens.
Anyway bukannya elu gada salah ya Hok. Kesalahan pertama lo adalah mengizinkan video rumpi-rumpi tersebut dipublikasikan. Banyak konten dari rumpi-rumpi tersebut yang tidak selayaknya jadi konsumsi publik. Implikasinya menjadi kesalahan kedua lo: ngomongin kekurangan mantan istri di depan publik sak-Indonesia Raya.
Satu lagi, sori, gw kurang setuju dengan teman-teman yang menghimbau agar kita gasah ngomentarin kehidupan pribadi lo Hok. Lha, yang mem-publik-kan masalah privasi lo kan ya elo sendiri, plus adik lo yang pengacara tapi ember itu (grow up please, jeng Fifi Lety...). Resiko elu lah Hok, kalau sekarang publik men-judge pribadi lu.Â
Resiko elu juga punya basis pendukung yang kritis dan bawel. Gasah sirik lo sama si Sandi, yang bisa ngomong sengawur-ngawurnya tiap hari tanpa khawatir diprotes pendukung. Â
Hok,
Ganti topik yuk. Gw mau cerita ama lo. Jadi temen gw Tika Sinaga melempar pertanyaan (pura-pura) naif (tapi nampol) begini:
"Setelah BTP keluar dari penjara, kita boleh pakai Ayat Al-Maidah gak untuk milih pemimpin?"
Jiah. Jeng Tika ini sepertinya kebingungan. Tolong dibantu. Dia heran, bagaimana mungkin ada calon pemimpin yang gak bisa baca Quran dan gak bisa shalat, direkomendasikan melalui ijtima' ulama.Â
"Itu fitnah!" teriak si Otong di pojokan. "Junjungan gw PASTI bisa shalat dan ngaji!!"Â
Yaelah Tong, tinggal pembuktian terbalik aja napa. Seperti saran Ahok untuk para terduga koruptor. Buktikan aja kalau dia-yang-tak-boleh-disebut-namanya (secara gw ogah dilempar hengpon) itu beneran bisa dan luwes mempraktekkan seluruh gerakan dan bacaan shalat sebagaimana normalnya orang yang sudah ber-Islam berpuluh-tahun.Â
Coba tolong praktekkan, full-shalat Subuh aja yang cuma 2 rakaat, dengan seluruh bacaan dikeraskan. Â Lalu disiarkan secara langsung di TV One dengan moderator Karni Ilyas.
Hayo. Berani gak?
Berani gak?
Secara KTP seh ya eyalah, on-paper dia Islam. Tapi, dari mulai kasus bocornya video khusyuk ngikut misa Natal, salam hulaihi sampai menolak dites baca Quran, apa lo yakin dia benar-benar memeluk iman-Islam, wahai para penegak Al-Maidah 51 tafsir tunggal? Apa lo gak khawatir, hatinya masih berpegang teguh pada iman Kristiani?
Lo-lo kudu wajib bin fardhu 'ain CARI TAU.
Gw sih gak wajib cari tau dong ah. Secara, gw penganut Al Maidah 51 tafsir ulama Al-Azhar, seperti yang sudah gw kutip di Surat Ungu untuk Ahok jilid 1:
Lah elu, para penganut tafsir tunggal Awliyaa=Pemimpin? Dosa kali nggak, kalau elu gak sungguh-sungguh cari tau atau malah pura-pura gak tau status aqidah calon pemimpin pujaan lu. Gak takut masuk neraka lu Tong?
Hok,
Sapa tau ada temen-temen 212 yang ikutan ngepoin surat ini. Gw titip pesan, semoga kalian tetap istiqamah ya Bro dan Sis. Konsisten gitu loh dengan perjuangan kalian membela Islam dari para penista agama. Duh, berat banget lho jadi kalian itu. Dilan aja gak sanggup. Gw khawatir, kalian tidak menyadarinya.
Bayangkan, kalian harus berjuang demo berjilid-jilid agar SEMUA lontaran kalimat penistaan harus diadili sampai pelakunya masuk penjara. Istiqamah, konsisten, dilarang zalim, dilarang berbuat tidak adil, itu dasar-dasar ajaran Islam juga, yekan Bro dan Sis?
Sungguh ajaib kalian masih bisa ngeles saat Rocky Gerung jumawa ngomong "Kitab Suci itu Fiksi" di siaran langsung ILC di TV One. Dan ungkapan-ungkapan sejenisnya dari tokoh publik lainnya di berbagai kesempatan yang diliput media. Hati kecil kalian tentu mengakui, secara substansi ungkapan semacam itu bahkan jauh lebih parah dari off-side Ahok nun di Pulau Seribu itu. Mulut kalian aja yang ngeles: "Rocky Gerung gak menista agama karena gak menyebut spesifik ayat dan kitab tertentu".
#YukNgemilPetasan
Gw haqul yaqin, bahkan kalau pun Rocky Gerung ngomong persis "Dibohongi pakai Al Maidah 51" plek-plek sak titik koma, kalian toh bakal ngeles juga:
"Yang ngomong kan Rocky Gerung bukan Ahok. Jadi ya bukan penistaan."
#YukGarukAspal
Gw tuh sayang kalian Bro dan Sis. Gw sungguh khawatir kalian akan diazab sebagai orang yang zalim, karena yang kalian kirim ke penjara cuma Ahok doang.
Hok,
Jelang Pilpres, fenomena Golput sekarang jadi isu seksi. Dibahas dimana-mana. Berbagai hasil survey menunjukkan angka potensi golput yang cukup besar dan bisa jadi penentu kemenangan. Di radar newsfeed gw, ramai kawan mem-bully Golputers. Sikap lo terhadap Golput kita sudah tau.
Sikap gw gimana?
Well, selalu gw tekankan di akun medsos gw begini:
"Jangan salahkan temanmu yang Golput. Salahkan Capresmu yang bikin temanmu Golput".
Jadi gini kawan. Makin lo bully tuh Golputers, makin militan mereka. Daripada lau-lau tiap hari sibuk mencela Partai Golput, lebih baik berjuang supaya Capres lo kagak rajin-rajin bikin blunder. Itulah konstribusi nyata lo untuk masa depan negeri ini, yang sering kali diabaikan hanya gegara hitung-hitungan elektabilitas.
Hok,
Jadi lo pengen  menjabat direktur Bea Cukai? Yes, gw bahagia sangat bahwa setelah semua kepahitan ini lo masih menyimpan api semangat mengabdi pada negeri ini. Tapi, seberapa besar sih kans lo untuk kembali jadi pejabat publik? Penerawangan gw, persis seperti judul liputan kebebasan lo di ABC News Australia:
"Is the release of former Jakarta governor Ahok a political liability or an asset for Joko Widodo?"
Yes. Tergantung Pak Jokowi lah. Emangnya Pak Jokowi berani merekrut elo?Â
Ya sudah. Lo kan sudah lempar bola. Perkara apakah bola lo bersambut, akan jadi uji nyali tersendiri buat Pak Jokowi. Apalagi, pinjam istilah sosiolog rektor nganu yang viral itu, lo barusan "me-murtad-kan" jeng Puput. Beuh. Beraaaat.Â
Kepada teman-teman simpatisan Ahok sedunia, yes, akhirnya sampai juga kita pada hari dimana Ahok lulus tepat waktu sekaligus summa cum-laude sebagai alumni Mako Brimob.
**Pegel bener dah Hok, nungguin elu bebas!
Tapi gw cuma mau ngingetin, kawans, ada hal yang jauh lebih penting dari "sekedar" perkara bebasnya Ahok apalagi remeh-temeh kehidupan pribadinya. Â Simak reminder dari Human Rights Watch ini:
"Ahok will finally be out of prison and reunited with his family, but he should never have been imprisoned in the first place. Ahok's unjust conviction is a reminder that minorities in Indonesia are at risk so long as the abusive blasphemy law remains in place."
So? Pe-er kita masih panjang guys. Ayok kita teruskan perjuangan ini. Walaupun kasus Ahok, kasus ibu Meliana di Tanjung Balai dst dst itu telah membuat kita sebagai Bangsa mundur beratus langkah ke belakang, jangan pernah berhenti mencintai Bangsa ini. Don't give up!
Hok,
Gw janji, ini adalah Surat Ungu buat Ahok sequel terakhir.
Karena, kalau suatu saat gw masih berasa perlu menulis surat ungu buat lo, judulnya berubah jadi
"Surat Ungu untuk BTP"
Akhir kata Hok, gw pengen ikut ngucapin:
#WelcomeBackBTP!
Tolong lo sikat itu mafia-mafia pelabuhan. Dan beragam jenis mafia di negeri ini.
Karena negeri ini MASIH BUTUH LO.****
***Background music: "Here's to the Heroes", by Ten Tenors. Gw kan mantan ketua sekaligus soloist soprano Padsu kampus gw. Jadi lau-lau gasah protes dengan selera musik gw yang Padsu banget yak. Tapi sih gw jamin bisa bikin lu nangis.
****Kode keras buat Pak Jokowi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H