Sesampainya di puncak Fellhorn, aku membuang pandangan sejauh-jauhnya. Hanya ada pegunungan Alpen yang sunyi, berbatas cakrawala biru membentang, menciptakan salah satu landskap keajaiban dunia.Â
Selimut salju masih mendekap di puncak-puncaknya, pada nyanyi sunyi di antara terjal, di antara ruang tebing batu yang membelenggu, dimana sinar mentari tidak bisa masuk.Â
Tapi ada pun kehangatan yang melelehkan, melembutkan tanah beku yang di atasnya tumbuh Alpen-Berghähnlein, Gold-Pippau, Sonnenröschen, dan bunga-bunga lain.Â
Setelah puas mengagumi pemandangan alam yang sangat indah, salju dan bunga-bunga putih,kuning, dan ungu yang mendandani puncak Fellhorn, kami singgah di restoran yang ada di dekat stasiun puncak.
Ada cukup menu yang tersedia, tapi kami hanya memesan kopi dan Bretzel. Ini adalah roti khas selatan Jerman berupa tiga simpul dengan rasa sedikit asin.
Kami tidak memesan makan siang lengkap karena tidak punya waktu lama mengingat kami sudah harus sampai di rumah sebelum sore karena pada hari itu tim sepak bola kesayangan Deutsche Mannschaft akan bertanding melawan Hongaria.
Sesudah menghabiskan camilan sederhana, kereta gantung membawa kami kembali ke lembah.Â
Sesudah tengah hari, kami meninggalkan Oberstdorf yang cantik dengan puncak Fellhorn-nya yang begitu menawan hati.Â
***