Bulir-bulir hujan menghantam kaca jendela depan mobil, saat kami melaju berkendara membelah pagi di bulan Juni.
"Cuma di Baden-Württemberg saja yang hujan, di Bayern cerah." Suamiku berkata saat kami menghabiskan kopi sebelum berangkat. Dia sudah mengecek aplikasi cuaca sekali lagi.
Minggu ini, suamiku libur dan kami berdua menggunakan hari ini untuk berwisata ke Oberstdorf untuk menemukan udara pegunungan yang segar dengan panorama yang indah.Â
Oberstdorf berada di wilayah paling selatan negara bagian Bayern, Jerman. Desa wisata yang ada di kaki Pegunungan Alpen, membuat desa ini sangatlah istimewa. Pemandangannya sangat indah, dengan perbukitan, lembah, dan danau-danau yang sebagian dengan latar belakang pegunungan yang menawan.
Aku dan suamiku kesana tepatnya untuk menikmati keindahan Fellhorn, salah satu gunung di Pegunungan Alpen yang mempunyai ketinggian 2.038 m dan puncak utamanya terletak di perbatasan Jerman-Austria.
Pegunungan Alpen sendiri membentang sepanjang 1.200 kilometer yang melewati 8 negara, dari barat ke timur, ada Prancis, Monako, Italia, Swiss, Liechtenstein, Jerman, Austria, dan Slovenia. Puncaknya yang tertinggi adalah Mont Blanc setinggi 4.809 m yang masuk ke dalam wilayah Prancis. Di Jerman, puncak tertinggi adalah Zugspitze dengan ketinggian 2.962 m.
Aplikasi cuaca menepati janjinya, langit biru dan matahari bersinar saat mobil kami sudah setengah perjalanan.
Sejam sebelum sampai di Oberstdorf, kami disuguhi pemandangan pegunungan yang di puncaknya masih berselimutkan salju.
Hampir pukul setengah sembilan pagi saat kami tiba di sana, setelah hampir 3 jam berkendara dari desa kecil dimana kami tinggal, tidak jauh dari kota Stuttgart.
"Sudah lama kita tidak ke sini. Sepertinya desa ini jadi tambah cantik saja ya," kataku kepada suamiku yang kemudian dijawabnya dengan senyuman.Â
Kami terakhir datang ke tempat ini saat anak-anak kami masih kecil. Meskipun tempat ini tidak terlalu jauh dari tempat kami, tapi karena banyaknya kegiatan, anak-anak semakin besar dan kesibukan bertambah menyebabkan kami sudah lama tidak ke sini.Â
Jika berkendaraan umum, Oberstdorf bisa dicapai dengan kereta, dari Stasiun kereta utama Muenchen perlu sekitar 2 jam dan jika dari Stasiun utama kereta Stuttgart sekitar 3 jam.
Kami melewati rumah-rumah petani bercat putih dan rumah-rumah peristirahatan yang dihiasi lukisan cat di dinding, jendela-jendelanya berbingkai kayu begitu juga balkon-balkonnya sudah mulai dipenuhi bunga-bunga yang digantung di pot-pot. Pekarangan rumah juga tak kalah cantik dengan kebun yang begitu menarik hati.
Stillachtal nama area di kaki gunung Fellhorn, tempat kami memarkir mobil dan disitu terdapat juga stasiun Sailbahn atau kereta gantung.
Ada beberapa jalur pendakian yang sangat indah untuk mencapai puncak Fellhorn, dengan hiking memerlukan waktu sekitar 3 jam.
Aku dan suamiku punya hobi yang sama yaitu kegiatan outdoor. Hiking adalah salah satunya, tapi karena masalah kesehatanku yang belum memungkinkan maka kami hanya akan menggunakan kereta gantung saja untuk sampai ke puncak.
Pemandangan dari arah lembah ke pegunungan sangatlah cantik. Bunga-bunga aneka warna bermekaran, berwarna kuning, ungu, putih, merah muda, dan biru dilatarbelakangi pegunungan Alpen yang beberapa area pegunungan masih berselimutkan salju.
Kami membeli tiket kereta gantung Berg-und Talfahrt Gipfelstation seharga 38 Euro/orang atau tiket pp, sampai ke puncak dan kembali lagi ke lembah.
Perlahan-lahan kereta membawa kami ke atas, melewati pohon-pohon cemara, sapi-sapi yang terlihat asyik merumput, pemandangan lembah dan pegunungan terjal.
Sebelum sampai di puncak, kami berhenti terlebih dahulu di stasiun tengah dimana terdapat Schlappoldsee atau Danau Schlappold. Danau kecil yang nampak seperti kuali karena dikelililingi dinding pegunungan.
Airnya sangat jernih menembus sampai ke dasar, berwarna hijau kebiruan dan berkilau bagaikan zamrud ditempa sinar mentari pagi.Â
Sekawanan Forelle atau ikan trout sedang asyik berenang begitu juga beberapa itik yang mandi-mandi dengan menengelamkan kepala mereka ke dalam air dan ada pula yang sedang berjemur.
Hamparan hijau rerumputan dan bunga-bunga gunung beraneka warna sudah mekar, ada Staengelloser Enzian berwarna ungu, Kuechenschelle dan Windroeschen berwarna putih, Trollblumen berwarna kuning, Alpenrosen berwarna merah dan anggrek gunung berwarna ungu tua menghiasi tempat ini.
Tak heran Fellhorn juga disebut "Gunung Bunga Oberstdorf".
Dari banyak jenis yang sudah mekar, ada pula beberapa yang masih berkuncup membuatkuku begitu penasaran untuk mengetahui bagaimana saat kuntumnya membuka dan warna apa yang akan dipersembahkan kepada bumi nanti.Â
Aku duduk cukup lama di bangku kayu di sisi danau, membuka topiku lalu membiarkan rambutku dibelai angin sejuk pegunungan Alpen. Aku menutup mata cukup lama, menarik napas dalam-dalam, ada rasa yang begitu tenang, damai, dan tenteram memeluk sanubari.Â
Bahagia sekali rasa hatiku bisa menikmati kekayaan alam ini.
"Kamu tahu, aku ingin di sini seharian, di sini di bangku ini," kataku pada suamiku saat dia kembali dari mencari beberapa spot foto.
"Nanti kita ke sini lagi di musim gugur," balasnya saat kami berjalan kembali ke stasiun untuk menunggu kereta berikutnya datang yang akan membawa kami ke puncak.
Udara di puncak cukup dingin dan berangin membuatku harus mengenakan jaket kembali. Suhu yang masih dingin ini yang menyebabkan beberapa bagian puncak gunung masih ditutupi salju apalagi kalau malam cuaca masih bisa menjadi sangat dingin.
Untuk benar-benar sampai ke puncak masih memerlukan waktu sekitar 15 menit berjalan kaki dari stasiun dengan kecepatan normal. Jalur pendakiannya juga yang cukup terjal.Â
Aku sendiri belum boleh cepat-cepat maka kami berjalan santai saja. Sambil menikmati panorama seperti di kartu pos.Â
Aku butuh hampir setengah jam untuk sampai ke puncak dengan beberapa kali istirahat, meski demikian aku merasa senang sekali karenanya karena hasil terapi kesehatan yang aku ikuti selama setahun sudah sangat terlihat hasilnya.
Sesampainya di puncak Fellhorn, aku membuang pandangan sejauh-jauhnya. Hanya ada pegunungan Alpen yang sunyi, berbatas cakrawala biru membentang, menciptakan salah satu landskap keajaiban dunia.Â
Selimut salju masih mendekap di puncak-puncaknya, pada nyanyi sunyi di antara terjal, di antara ruang tebing batu yang membelenggu, dimana sinar mentari tidak bisa masuk.Â
Tapi ada pun kehangatan yang melelehkan, melembutkan tanah beku yang di atasnya tumbuh Alpen-Berghähnlein, Gold-Pippau, Sonnenröschen, dan bunga-bunga lain.Â
Setelah puas mengagumi pemandangan alam yang sangat indah, salju dan bunga-bunga putih,kuning, dan ungu yang mendandani puncak Fellhorn, kami singgah di restoran yang ada di dekat stasiun puncak.
Ada cukup menu yang tersedia, tapi kami hanya memesan kopi dan Bretzel. Ini adalah roti khas selatan Jerman berupa tiga simpul dengan rasa sedikit asin.
Kami tidak memesan makan siang lengkap karena tidak punya waktu lama mengingat kami sudah harus sampai di rumah sebelum sore karena pada hari itu tim sepak bola kesayangan Deutsche Mannschaft akan bertanding melawan Hongaria.
Sesudah menghabiskan camilan sederhana, kereta gantung membawa kami kembali ke lembah.Â
Sesudah tengah hari, kami meninggalkan Oberstdorf yang cantik dengan puncak Fellhorn-nya yang begitu menawan hati.Â
***
Oberstdorf, 19 Juni 2024
Meike Juliana Matthes
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H