Mohon tunggu...
Meike Juliana Matthes
Meike Juliana Matthes Mohon Tunggu... Freelancer - Mencintai alam, budaya, dunia literasi, dan olahraga

Menghargai perbedaan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Memaknai Puisi Joko Pinurbo "Doa Seorang Pesolek"

6 Mei 2024   16:25 Diperbarui: 6 Mei 2024   17:13 1443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"temani aku yang sedang menyepi
di rimba kosmetik." 

Pesolek dalam puisi ini, meminta Tuhan untuk menemani dia dan turut merasakan apa yang dia rasakan.  

"temani aku yang sedang menyepi"

Tidak baik-baik sajakah si pesolek sampai-sampai dia ingin ditemani Tuhan?

Menyepi atau rehat sejenak dari hiruk-pikuk dunia adalah waktu yang digunakan untuk merenung akan artinya hidup dan lebih memikirkan nilai-nilai kehidupan yang lebih mulia dan kekal daripada nilai-nilai yang bersifat sementara yang akan tersapu dengan waktu. Setiap orang perlu waktu untuk sendiri, saat dia bertanya, bergumul, dan mencari jawaban akan kehidupannya.  Saat seseorang menaikkan doa dan pengharapan, dia ingin lebih dekat kepada Penciptanya.

Meskipun aku bukanlah seorang pesolek, tapi sebelum memulai aktivitasku di pagi hari, aku akan membasuh diri dan mematut diri sebentar di depan cermin untuk kenyamanan diri: menyisir rambut, memupuri wajah, dan mengoleskan pelembab bibir berwarna ceri.

Pada beberapa tahun terakhir ini, aku mulai meneliti lebih seksama siapa perempuan yang ada di cermin yang aku lihat setiap pagi itu. Tampilan perempuan itu tidak seperti dulu lagi.   

Ada cukup banyak perubahan terlihat di wajahnya. Rambutnya meskipun masih panjang terurai, tapi warnanya tidak lagi hitam mengkilat atau sudah agak suram. Uban sudah terlihat, terlebih di ubun-ubun kepala, ujung-ujung rambut pun kering dan pecah-pecah. 

Kerutan di ujung kelopak mata dan garis senyum di antara hidung dan ujung bibir yang beberapa tahun lalu masih samar-samar kini nampak cukup jelas. Kulit wajah juga tidak sebersinar dulu dan ada bintik-bintik hitam yang muncul di area pipi. Ini bukannya kurang perawatan, tapi memang sudah waktunya.

Aku pikir, aku bukanlah satu-satunya perempuan yang memperhatikan perubahan-perubahan fisik diri. Ada juga perempuan-perempuan lain di luar sana bahkan laki-laki pun, yang menurut banyak orang "bisa lebih menerima kenyataan".  Mereka juga akan kepikiran saat mendapati diri kehilangan kekuatan masa muda atau saat otot-otot mulai mengendur.

Tentu saja, kecantikan, ketampanan, kekuatan bukan hanya apa yang tampak dari luar, tapi yang terpenting adalah apa yang ada di dalamnya.  Hampir semua orang tahu itu, tetapi kembali sebagai manusia biasa, sejujurnya, ini bukanlah hal yang dilewati seperti "menjentikan jari" saja, apalagi bagi seorang yang suka bersolek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun