Tiba-tiba ada perasaan begitu damai dan tenteram. Â Aku ingin tidur.
"Frau Matthes...Frau Matthes, bangun, Anda tidak boleh memejamkan mata."
Oh, kenapa suster ini tidak bisa memahamiku. Â Aku hanya ingin tidur. Ingin tidur itu saja.
Suster itu masih menampar-nampar pipiku.Â
Aku mencoba membuka mataku, terasa berat sekali.Â
"Lihat anak Anda ini. Â Dia mengangkat bayi-ku ke hadapanku. Â Suster itu menampar pipiku supaya aku tetap membuka mata.
"Jangan tidur, buka mata. Â Anda harus tetap bangun. Lihat anak Anda. Â Dia akan tumbuh menjadi bayi yang tampan."
Rasa dingin mulai menjalar dari ujung kakiku. Â Aku menggigil. Â Aku tidak paham apa yang orang-orang di sekitarku ucapkan. Â Aku tidak ingat lagi apa yang terjadi. Â Sampai kemudian aku muntah.
"Bagus sekali...Bagus sekali...." Suster itu berkata saat aku muntah untuk kedua kalinya.
Kemudian dia membawa anak yang baru kulahirkan itu kepadaku. Â Dia sangat tampan bukan?! Aku tidak bisa berkata apa-apa, air mata berlinang dari pipiku.Â
Suster itu meletakkan bayiku di atas dadaku.Â