Saat suster datang melihat keadaanku, kemudian dia membawaku ke kamar mandi cukup lapang yang ada Bathtub. Â Ini memang disediakan untuk terapi air dengan maksud mengurangi rasa sakit.
Air hangat di Bathtub cukup membantuku. Aku tak tahu berapa lama aku di situ, seorang diri. Â Suster sesekali datang mengontrol dan mengatakan "kuatlah". Tiada yang bisa kulakukan selain mengerang dan meratap. Â Kenapa bayiku belum datang juga.
Sampai kemudian muncul suamiku. Â Aku menangis dan di tengah-tengan rintihan tertahan aku berkata "Aku tidak kuat untuk bertahan lebih lama. Â Kamu ada di sini, aku akan melahirkan bayi ini sekarang."
Suamiku pergi secepat kilat memanggil suster.
Saat itu, aku sudah tidak menyadari apa yang ada di sekelilingku. Â Suster datang dan mencoba membantuku untuk berdiri tapi aku hanya bisa berdiri sebentar saja dan tidak punya kekuatan untuk melangkah keluar dari situ.
Aku duduk lagi perlahan di lantai bak kemudian mengerang sekuat tenaga.Â
Anakku datang ke dunia ini. Â Dia lahir di dalam air, di dalam Bathtub.
Suamiku ada di sampingku menahan punggungku. Â Beberapa suster sibuk di sekitarku.
Mereka mengangkatku keluar dari kamar mandi yang aku sendiri tidak ingat bagaimana caranya. Â Tiba-tiba aku merasa dibaringkan di ranjang.
Aku merasa lelah sekali dan sakit sekali sekujur badanku. Â Semua kabur dari pandanganku. Â Aku melihat suamiku sementara duduk kursi yang ada di dekat ranjang. Â Dia bertelanjang dada dan bayi yang baru kulahirkan ada di atas dada dalam dekapannya. Â Sesudah itu pandanganku menjadi kabur. Â Aku hanya tahu bahwa itu adalah suami dan anak yang baru kulahirkan, tapi emosi tidak ada lagi yang hadir.Â
Yang aku ingini hanyalah memejamkan mata. Â Tiba-tiba aku merasa tidak sakit lagi, juga di bagian yang paling terasa, perut dan selangkangan. Â Rasa sakit itu entah menguap kemana. Â Ranjangku terasa sangat lembut. Â Aku menutup mata dan terlihat seperti ada cahaya kecil bundar. Â Aku merasa berdiri di sebuah lorong.