"Jadi kemana kita akan pergi makan malam kali ini?"
"Ke Restoran Turki."
Di minggu penghujung bulan November, cuaca bisa menjadi sangat dingin meskipun musim dingin yang sebenarnya belumlah datang, menurut kalender, baru akan dimulai pada tanggal 22 Desember.Â
Di minggu ini, daun-daun pohon sudah hampir seluruhnya rontok apalagi sejak beberapa hari ini angin sangat kencang bertiup dan malam-malam pun dilewati dengan suhu berada di bawah nol.  Banyak cara untuk menghidupkan suasana hangat.  Selain berpakaian tebal dan menghidupkan pemanas ruangan, pergi makan malam bersama adalah juga cara untuk menciptakan kehangatan itu.  Hal ini pun yang kami lakukakan.  Aku dan ibu-ibu, teman-teman seperkumpulan di desa dimana kami tinggal.  Desa kecil di kaki perbukitan anggur.Â
Pergi kulineran bareng sudah merupakan agenda kami. Â Di musim panas kami pergi ke Kedai Es Krim dan jika cuaca sudah dingin kami mencari tempat yang hangat.
Acara kulineran tentu saja bukan hanya sekedar pergi mencicipi makanan dan minuman tapi juga menjadi sarana bersosialisasi, mempererat hubungan persahabatan, ngobrol tentang pekerjaan, membagi pengalaman mengurus anak, dan masih banyak hal. Intinya bisa mengurangi tingkat stress ibu-ibu supaya saat ke pulang rumah, hati bahagia, dan siap survive atau bertahan dalam menghadapi hari esok. Â Seperti itulah kira-kira jika ingin dilebih-lebihkan.
Tanpa diskusi panjang-lebar tentang dimana akan pergi makan malam, kami memutuskan secara aklamasi bahwa kami akan ke Restoran Turki.Â
Di Jerman, masakan Turki sudah sangat terkenal atau bisa dikatakan sudah merupakan bagian dari masyarakat Jerman.  "Zauber des Orients" atau Keajaiban Orient disebut untuk masakan ini.  Kita sering mendengar beberapa makanan Turki yang terkenal, sebut saja: Kebab, Borek, dan Baklava tapi tentu ada lebih banyak dari yang disebutkan itu.Â
Konak Restaurant adalah tempat kami akan menghabiskan sebagian malam. Restoran yang terletak di dekat kota kecil kami, berhadapan dengan stadion sepak bola. Â Suasana di dalamnya sangat orientalis. Â
Lampu-lampu mosaik berkaca warna-warni yang digantung di langit-langit, ada juga yang diletakkan di sisi jendela, tempat duduk yang dilapisi beludru merah, tempat pemanggangan berlapis kaca yang terletak di dalam ruangan, dan musik berirama tradisional Turki, menyambut kami di tempat itu.
"Merhaba! Selamat datang di Turki."
Sungguh suasana yang dihadirkan membuat kami berasa di Istambul dan Cappadocia bagi yang sudah pernah ke sana. Â
Di dalam daftar menu terdapat banyak pilihan, makanan pembuka, hidangan utama, dan makanan penutup. Â Sebut saja di antaranya:
Firinda Kasarli Turlu, ini adalah varisasi sayuran yang dipanggang.
Etli Yufka atau daging kambing dalam Yufka atau roti tipis bulat yang dipanggang bersama keju.
Yogurtlu Adana Kebab atau daging giling yang dibakar dan disajikan dengan Gozleme atau roti panggang khas Turki bersama saos tomat-yoghurt.Â
Dari banyaknya menu yang tersedia, aku memulainya dengan memesan Karizik Meze atau hidangan pembuka dingin. Â Ini adalah pasta dingin berbumbu, disajikan dalam bulatan-bulatan kecil dalam penataan yang cantik. Â Ada berjenis-jenis pasta: paprika, humus, tomat, wortel, buah zaitun, akar bit (Beet root) yang disajikan dengan sekeranjang roti panggang.Â
Untuk hidangan utama, aku memesan Karni Yarik yaitu terong yang diisi daging giling kemudian dipanggang dan dihidangkan dengan nasi.  Disamping aku ingin mencoba terong panggang Turki, alasannya lainnya juga karena ada nasinya.  Maklum, dingin-dingin tubuh perlu kekuatan.
Semua teman-temanku juga memesan sesuai selera masing-masing dan kami selanjutnya tenggelam dalam percakapan hangat disertai kata-kata ungkapan "Uhm....," terucap dari bibir kami untuk menyatakan betapa enak makanan-makanan itu terasa di lidah.
Apa yang membuat makanan Turki ini dicintai?
Produk multi etnis. Â Banyak perbedaan budaya bersatu di dalam rasa. Kekaisaran Ottoman adalah sebuah negara dengan banyak budaya dari Balkan, Kaukasus, Anatolia, Timur Tengah dan Afrika Utara. Masyarakat secara kolektif menghasilkan kekayaan budaya kuliner.
Alasan berikut karena berempah dan sehat. Â Makanan Turki terkenal akan kaya rempah. Â Melihat banyaknya rempah yang dipakai pada makanan membuat makanan tersebut memiliki khasiat kesehatan bagi tubuh. Setiap satu jenis rempah saja sudah memiliki khasiat bagi kesehatan. Â
Rempah-rempah yang digunakan dalam masakan Turki, misalnya: Sumac, Lada Aleppo, Urfa Biber, Lada Marash, daun Thyme, Oregano kering, Biji Nigella, dan masih banyak lagi. Seperti di Indonesia yang mempunyai jahe, kunyit, dan sereh yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, rempah-rempah khas negara Turki pun sangat bermanfaat. Â
Misalnya: Sumac, ini adalah bumbu yang dikenal asam dan tajam seperti lemon, baik untuk memperlancar pencernaan dan meyeimbangkan kadar gula tubuh.Â
Lada Aleppo dikenal dapat meningkatkan metabolisme dalam tubuh, kaya akan vitamin A dan antioksidan seperti beta-karoten, nutrisi yang bertanggung jawab untuk penglihatan yang baik dan pencegahan penyakit mata seperti mata kering, rabun senja, katarak, dan penglihatan kabur.  Lada ini juga bisa menurunkan tekanan darah.  Oregano untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi, mengurangi peradangan, mengatur gula darah, meningkatkan resistensi insulin, mengurangi gejala saluran kemih dan kram menstruasi, kaya akan anti oksidan, memiliki sifat anti kanker. Â
Biji Nagella atau Jintan Hitam. Sangat baik untuk mengatasi gangguan saluran napas, rasa sakit  sakit kepala kronis, diabetes, infeksi, peradangan, hipertensi, dan masalah terkait saluran pencernaan.
Makanan Turki merupakan favorit masyarakat Jerman, mulai dari anak sekolah sampai pegawai kantoran maka warung makanan Turki atau kedai Doner-Kebab sangat mudah dijumpai. Â Bisa dikatakan hampir di setiap sudut jalan. Â Ini adalah warung makanan cepat saji, tapi meskipun demikian mereka menggunakan bahan-bahan segar. Â
Misalnya Kebab berasal dari roti segar yang baru dipanggang dan di dalamnya diberi isian salad segar dan daging yang baru diiris dari pemanggang atau mesin kompor putar Infrared.
Kepopuleran makanan turki ini di Jerman tidak lepas dari sejarah akan berkembangnya kedekatan antara masyarakat Turki dan Jerman setelah Perang Dunia II . Sejarah ini dimulai dari apa yang disebut"Gastarbeiter" atau "Pekerja Tamu" yang datang ke Jerman.Â
Pada tanggal 30 Oktober 1961 dimulai Perjanjian Perekrutan Jerman-Turki. Â Ini menandai sinyal awal migrasi pekerja Turki ke Jerman. Perjanjian serupa juga dilakukan Pemerintah Federal Jerman dengan Yunani, Italia, dan Spanyol.Â
Kekurangan tenaga kerja di Jerman akibat Perang Dunia dan tujuan untuk membangkitkan ekonomi mendorong pemerintah untuk melakukan perjanjian ini. Â Di pihak lain, negara ke-2 yang melakukan perjanjian dengan Jerman, melakukan hal itu karena kekurangan pekerjaan di negara mereka sehingga perjanjian ini dilihat sebagai cara yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Saat ini, generasi "Pekerja Tamu" tersebut masuk ke generasi keempat.  Sebut saja, Ilkay Gundogan, Kapten Tim  Nasional Sepakbola Jerman.  Dia adalah generasi ke-3.  Kakeknya dan kemudian disusul ayahnya berasal dari kota Dursunbey, Turki  datang ke Jerman sebagai "Gastarbeiter" atau "Pekerja Tamu".
Saat ini terdapat sekitar 27% atau 22,3 juta penduduk dengan latar belakang migran di Jerman dan dari angka itu, Turki menempati posisi teratas yaitu sebanyak 11,9% atau sebanyak 2,9 juta jiwa. Â Disusul Polandia dan Rusia.
Begitulah kami, ibu-ibu banyak berbincang-bincang. Â Selain membahas masalah sehari-hari juga banyak diisi oleh masalah budaya, pada malam ini banyak tentang kekayaan rempah-rempah, apalagi seorang dari kami berasal dari Turki sehingga dia bisa dengan sangat baik menjelaskan. Â Ya, dalam pertemuan kami, topik mengenai budaya adalah yang selalu diangkat karena perkumpulan kami ini adalah perkumpulan ibu-ibu yang tertarik akan masalah budaya.
Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 9 malam dan karena malam ini terletak di tengah minggu maka kami harus menyudahi acara makan malam bersama ini sebab besok banyak dari kami yang akan bekerja jadi acara jangan sampai terlalu larut.
Sayang sekali, aku sudah sangat kenyang dan kembali ke rumah tanpa mencicipi hidangan penutup Baklava yaitu makanan manis dengan isian kacang walnut atau pistache yang dilumuri gula atau madu dan dibungkus adonan roti tipis.Â
Kapan-kapan aku akan ke sini lagi bersama keluarga atau sahabat-sahabat karena aku sudah berasa di Turki meski tidak sedang di Turki.
Referensi:
www.medicalnewstoday.com
www.ndr.de / www.demografie-portal.de
Kernen im Remstal, 23 November 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H