Dalam kondisi demikian, seorang anak membutuhkan bukan tambahan pengetahuan, tetapi tambahan semangat. Siapa lagi orang yang punya kedekatan emosional yang memahami perilaku mereka, selain orang tua mereka sendiri.Â
Berilah mereka motivasi, bangun kepercayaan diri (self confidence)Â mereka, sehingga mereka akan tetap semangat kembali belajar dan meraih prestasi.Â
Kelima, orang tua sebagai penilai (evaluator).Â
Peran ini tentu beda dengan peran evaluasi yang dilakukan guru di sekolah. Guru melakukan evaluasi dengan melakukan serangkaian tindakan berupa ujian (test)Â atau penugasan untuk mengukur hasil belajar atau kompetensi peserta didik. Orang tua memanfaatkan hasil yang dicapai siswa sebagai bahan evaluasi.Â
Dari hasil evaluasi tersebut maka kita akan mengetahui mata pelajaran apa yang perlu diberikan "tambahan gizi" di semester berikutnya. Apakah perlu tambahan kursus atau bimbingan belajar untuk mata pelajaran tersebut? Apakah perlu penguatan peran orang tua dalam mendampingi dan mengawasi?Â
Demikian, 5 peran orang tua yang harus kita siapkan saat anak-anak kita kembali belajar. Ini menurut pendapat saya, berdasarkan pengalaman yang masih singkat.Â
Closing: Tantangan Orang Tua
Disadari setiap orang tua berbeda kondisinya, baik dari sisi ekonomi, waktu maupun kemampuan dan pengetahuan. Sehingga untuk memainkan 5 peran di atas, masing-masing orang tua memiliki kendala dan tantangan tersendiri.Â
Pembelajaran daring atau virtual memang menuntut tambahan alat bantu belajar dari setiap siswa. Handphone android ataupun laptop, juga paket data atau jaringan wifi. Tentu saja hal ini perlu mendapat perhatian pemerintah.
Tantangan lainnya adalah soal ketersediaan waktu orang tua untuk mendampingi anak-anak. Hal ini menjadi kendala besar bagi orang tua, utamanya bagi orang tua yang keduanya, ayah dan ibu, harus kerja di luar rumah di jam yang bersamaan dengan waktu anak-anak untuk belajar.Â