Peran ini sangat penting, karena tanpa perencanaan maka program pendidikan anak tidak memiliki arah dan panduan yang jelas. Bantu anak-anak kita menyusun rencana belajar.Â
Bantu mereka belajar mengatur waktu. Anak-anak, terutama yang masih duduk di bangku SD dan SMP seringkali terganggu konsentrasinya dengan kesenangan untuk bermain sesuai usia mereka. Bermain tak perlu dihilangkan, karena itu dunia mereka.Â
Orang tua saja, banyak yang doyan main game. Yang perlu dilakukan adalah membantu anak-anak merencanakan atau mengelolah waktu. Kapan belajar, kapan mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR), kapan bermain, kapan makan, kapan beribadah dan kapan istirahat. Rencanakan juga terkait  pembiayaan (budgeting) pendidikan anak-anak kita.Â
Ketiga, orang tua sebagai pendamping (fasilitator).Â
Pendampingan atau fasilitasi orang tua sangat penting. Selain tanggung jawab memfasilitasi kebutuhan pendidikan anak-anak, peran fasilitasi diharapkan teraktualisasi dalam proses belajar anak-anak kita, mengingat pembelajaran virtual bisa menimbulkan kejenuhan dan kehilangan fokus.Â
Anak-anak tertentu yang pasif dan malu bertanya, seringkali mendapatkan kendala dalam memahami topik pembelajaran. Karenanya mereka perlu didampingi orang tua, dengan harapan mereka bisa lebih terbuka dan orang tua bisa membantu menjelaskan.Â
Ini mungkin suatu hal yang sulit, tapi sebagai "guru pertama dan guru sepanjang masa" orang tua harus melakukan berbagai upaya mengatasi kesulitan anak dalam belajar.Â
Otomatis, di saat tertentu orang tua pun harus belajar. Tak masalah kan? bukankah pendidikan itu seumur hidup? Jika tak mampu, maka gunakan sarana dan peluang bantuan yang ada. Ada Om Google, ada bimbel dan ada nomor WhatsApp guru yang siap melayani pertanyaan.Â
Keempat, orang tua sebagai pemberi semangat (motivator).Â
Jangan menganggap keberhasilan pendidikan itu hanya soal kecerdasan dan ketekunan belajar anak-anak kita. Seorang anak dengan IQ tinggi dan penuh dengan prestasi akademik, suatu saat bisa terdegradasi ke klasmen bawah, karena faktor jenuh, kehilangan motivasi dan kendala psikologis lainnya. Apalagi di masa pandemi saat ini, mereka kehilangan teman dan suasana kelas yang sesungguhnya.Â