"Nama aku Angga, aku boleh dapat nomor telepon kamu?"
"Saya Ratih, apakah jika saya sudah memberikan apa yang kamu mau, kamu akan berhenti mengganggu saya?"
Angga pun mengangguk. Ratih pun memberikan nomor teleponnya. Tentu bukan nomor asli Ratih.
Kebetulan Ratih ini adalah adik dari ustadz yang sering berceramah di masjid kampus itu. Ia melarang adiknya untuk berpacaran. Tetapi takdir mempertemukan Ratih dengan Angga.
Setelah kejadian meminta nomor telepon, entah kenapa Ratih selalu dipertemukan oleh Angga dan rasa cinta pun mulai tumbuh di hati Ratih sehingga mereka berdua pun resmi berpacaran, tetapi dengan menyetujui beberapa syarat. Diantaranya, tidak ada kontak fisik, harus cepat menyelesaikan kuliah untuk cepat menikah, tidak boleh meninggalkan solat yang wajib apalagi solat subuh dan hubungan ini tidak boleh ada yang mengetahui kecuali hanya teman dekat saja.Â
Di lain kisah, kakak Ratih ini berniat untuk menjodohkan Ratih dengan salah satu muridnya yang pintar, baik dan yang paling penting adalah selalu menjaga waktu solat serta berjamaah. Mengetahui hal itu Ratih pun memberi tahu Angga.Â
Ratih selalu menelpon Angga jika waktu subuh telah tiba. Tetapi Angga tidak pernah mengangkatnya karena ia masih tidur. Ratih pun kesal dan ingin putus dengan Angga.
Terjadilah pertengkaran antara keduanya. Dan itu dilihat oleh kakak Ratih.Â
Melihat hal itu kakak Ratih pun sangat marah dan mempercepat perjodohan Ratih dengan muridnya yang bernama Arya.Â
Mengetahui Ratih akan menikah, Angga menyadari kesalahannya dan berusaha untuk memperbaiki sikapnya walau sudah terlambat.Â
Arya ini sudah mengetahui bahwa Ratih tidak mencintainya. Dan sebelum akad di mulai ia memutuskan untuk tidak melanjutkan pernikahan.Â