Sekelompok orang duduk di balai-balai bambu di tengah komplek perumahan sederhana. Dengan suara tumpang-tindih mereka terus saja bersuara nyaring. Suara-suara ketidaksenangan terdengar bagi siapa saja yang lewat, tidak terkecuali aku.Â
Telah begitu lama sebenarnya ingin kuikut bersuara, menengahi suara-suara ketidaksenangan orang-orang pada petugas jaga komplek.Â
Petugas jaga komplek itu sebenarnya tidak terlalu berguna menjaga keamanan. Tugasnya tidak lebih hanya berkeliling blok, lalu memukul tiang listrik sesuai dengan hitungan jam. Selebihnya tidak ada.Â
Warga komplek merasa bahwa pekerjaan petugas jaga bisa lebih daripada itu, jika saja yang menjadi pekerja bukanlah Dedik. Seperti beberapa waktu yang lalu ketika seorang penjambret melarikan diri dari kejaran korbannya serta pengendara motor yang ikut mengejar jambret, Dedik justru membukakan pagar komplek untuk penjambret itu masuk dan keluar komplek, guna melarikan diri.Â
Sebuah mobil berhenti di antara kerumunan orang-orang di balai itu.Â
"Bodoh banget sih, bisa-bisanya tidak mengenali antara penghuni komplek dengan penjambret?"
Orang yang baru saja turun dari mobil langsung ikut mengumpat.Â
Orang-orang langsung bersuara riuh kembali.Â
"Sepertinya ini bukanlah masalah yang sepele," kata orang itu sekali lagi.Â
"Besok-besok pasti lebih meresahkan daripada ini," kata salah satu warga lainnya.
Aku yang sedang berjalan menuju warung tak sengaja menangkap dengar apa yang orang-orang itu bicarakan. Aku sangat kesal mendengarnya.Â