[7] Cabai dengan rasa pedasnya dipakai oleh bangsa Eropa untuk menggantikan kepedasan dari lada hitam. Hal itu karena, lada hitam sangat mahal dan menjadi alat tukar di sejumlah negara pada waktu itu (sistem barter).Â
Besar harapan para biarawan agar kelak tanaman cabai bisa mendapatkan tanah yang subur dan berkembang sebagai pengganti lada hitam.Â
Bangsa Eropa sendiri bergantung pada penguasa di Maluku Utara dalam mendapatkan lada hitam. Rica yang hanya dibudidayakan di gereja di benua Eropa kelak akan menyebar ke daerah-daerah lain sampai ke tanah ToarLumimuut, suku Minahasa.
Aspek Politik Religius Penyebaran Rica
Penyebaran rica terus berlanjut dari tangan benua Eropa menuju ke benua Asia. Hal itu terjadi atas dasar dua alasan pada tahun 1563. Alasan pertama karena perdagangan rempah-rempah termasuk bumbu dapur oleh bangsa Portugis menyebar sampai ke Maluku tepatnya Ternate.Â
Namun sebenarnya yang diincar oleh bangsa Portugis sampai ke Sulawesi Utara ialah kekuasaan. Alasan kedua karena Ternate hendak mengislamkan Sulawesi Utara sehingga bangsa Portugis dengan kecanggihan kapalnya lebih dulu menguasai Sulawesi Utara.[1]
 Bangsa Portugis mendengar bahwa Sultan Khairun dari Ternate bermaksud menguasai Sulawesi Utara dan mengIslamkan penduduknya, dengan mengirim anaknya Babullah sehingga pada tahun 1563 bangsa Portugis segera mendahului rencana Sultan itu.Â
Kecanggihan kapal mereka membuat mereka segera tiba di Sulawesi Utara lebih cepat. Kapal yang mereka gunakan ialah dua kapal Kora-kora, seperti yang ditulis oleh Dr. Th. Van den End dalam buku Ragi Carita: Sejarah Gereja di Indonesia.
[2] Menurut sejarawan dan budayawan Minahasa Fendy E.W. Parengkuan, dalam kapal Portugis itu diikutsertakan juga Pater Magel Haes, yang kemudian membaptis raja Manado dan rakyatnya (Hamid: 2015, 126.).Â
Namun bukan kedatangan Portugis sebenarnya yang membawa rica ke Indonesia khususnya etnis Minahasa di Sulawesi Utara, melainkan bangsa Spanyol. Bangsa Portugis hanya membawa tomat pada saat itu.
[3] Bangsa Spanyol dan Portugis terikat oleh perjanjian Zaragosa, dengan isi perjanjian, yakni Maluku menjadi hak Portugis dan Filipina menjadi hak Spanyol. Oleh karena perjanjian itu, sehingga bangsa Spanyol yang menguasai Filipina masuk ke Sulawesi Utara pada tahun 1570. Bangsa Spanyol membaptis orang-orang di wilayah yang berbeda dengan Portugis yang telah lebih dulu datang di Sulawesi Utara.Â