Mohon tunggu...
Megawati Sorek
Megawati Sorek Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 003 Sorek Satu Pangkalan Kuras Pelalawan Riau

Seorang guru yang ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gara-Gara Novel Dewasa

30 Desember 2023   09:41 Diperbarui: 30 Desember 2023   09:51 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri: Koleksi Desain Megawati Sorek

"Bu." Setelah beberapa waktu, akhirnya ayah Bili membuka pembicaraan lagi. "Ini bukan hanya kesalahan Novia saja, tetapi anak saya juga. Kami, sebagai orang tua, sudah lalai mendidik dan menjaga anak kami."

Dian bergeming.

"Izinkan kami melamar putri Ibu," lanjut ayah Bili.

"Melamar?"

"Benar, Bu. Kita nikahkan mereka. Mudah-mudahan Allah meridai niat baik ini," sahut ibu Billi.

"Lalu, sekolahnya?"

"Nanti mereka saya daftarkan program Paket C, lalu lanjut kuliah di universitas terbuka," tutur ayah Bili tegas.

Ibu Bili ikut mendukung pendapat suaminya. "Menurut kami, itu keputusan terbaik untuk saat ini. Kalau dikatakan kecewa, kita semua merasakan hal yang sama, tapi nasi sudah menjadi kerak, tidak ada yang bisa diubah dari kejadian ini. Meski begitu, kita masih bisa memberi mereka kesempatan."

Jika dipikir dengan seksama, solusi itu memang yang terbaik untuk saat ini mengingat Novia sudah putus asa. Aku menoleh ke Dian yang terdiam, mungkin sedang berpikir. Dia melirik putrinya yang berambut pirang sementara Novia mengigiti ibu jari. Aku bisa dengan mudah melihat kegugupan di wajah keduanya.

Saat sore menjelang, kata sepakat pun didapat. Langkah selanjutnya adalah perbincangan mengenai tata rencana pelaksanaan pernikahan. Aku kembali ke depan laptop. Kunyalakan lagi benda ajaib itu ketika tamu-tamu sudah pulang.

Aku jadi teringat masa lalu ketika pertama kali menggunakan alat tes kehamilan. Hasilnya positif. Aku pun memilih pergi dan tinggal di kota lain, sampai sekarang. Hidupku tidak jauh berbeda dengan Novia, akan tetapi solusi yang kami tempuh tidak sama. Aku yang sekarang justru hidup dalam penyesalan. Bukannya bertobat, tetapi malah keasyikan menjadi penulis sekaligus istri simpanan.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun