"Permisi," sapaku ramah pada salah satu dari mereka, Ia mengenakan caping lebar dan yang tampak nganggur sebab tak turut serta berlatih, "Nyai Caping ada? Saya ingin bertemu dengan beliau."Â
"Ada perlu apa Nyisanak ingin bertemu dengan Nyai?" sahutnya balik bertanya kepadaku. Matanya tampak menatapku curiga dan tajam.Â
"Saya ingin berguru dengan beliau," jawabku jujur. Wanita itu tampak berpikir sejenak. Lalu tersenyum sekilas.Â
"Akulah Nyai Caping. Baiklah, kamu diterima menjadi muridku, tapi dengan satu syarat," jawabnya mantap. Ah, ternyata dia adalah Nyai Caping, masih muda, bertolak belakang dengan yang kubayangkan selama ini. "Apa kesaktian capingku ini!"
Cuma itu? Mudah sekali.Â