Melanjutkan mengengkol sepeda motor, dan akhirnya menyala dengan beberapa hentakan kaki. Menuju ke rumah dengan sedikit menambah kecepatan dan tak sabar menceritakan pengalaman yang baru saja kami alami kepada suamiku yang sedari tadi masih sibuk berkutat dengan kerjaan kantornya yang belum selesai. Hal itulah yang membuatku mengantikan tugasnya yang menjemput Alika mengaji hari ini.
   "Ma, Mama .... ! bangun," terdengar sayup suara Alika memanggilku.
   Badanku seperti digoyang-goyang.
   "Hm ... apa Lika?" Jawabku dengan suara parau dan mata yang setengah terbuka. Ternyata ikut ketiduran ketika mengajak Syamil, si bungsu tidur siang.
   Duduk dan mengumpulkan kesadaran, ternyata baru menyadari telah bermimpi menjemput Alika mengaji dan berkelahi dengan preman. Mimpi yang fantastis dengan kemampuan silatku yang hebat. Andai itu kenyataan, Pasti sangat membanggakan.Sayangnya Cuma mimpi ternyata. Tanpa sadar menepuk jidatku sendiri sambil tersenyum.
   "Ma, masakkan ceplok telor," desak Lika yang dari tadi melihat dengan tatapan aneh.
   "Ya, bentar," jawabku lemas.
   Berniat dalam hati nanti selesai masak telur. Akan menceritakan mimpi tersebut pada Alika agar dia mau ikut perguruan pencak silat.
~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H