"Kenapa, Bu?" tanya salah seorang dari mereka.
 Dapat kutaksir berusia tiga puluhan, brewokan serta tercium aroma alkohol ketika ia berucap menyapaku tadi.
   "Mogok mendadak," jawabku sekenanya.
   Memasang sikap waspada. Serta menarik Alika untuk berada di belakang tubuhku.  Â
   "Boleh juga ni, Ko." Teman pria yang berbaju kaos hitam tersebut ikut bersuara, sambil  mengerlingkan matanya ke arah teman yang dipanggil `Ko` olehnya.
   Aroma bau minuman yang memabukkan juga tercium jelas dari mulutnya ketika ia berkata. Mataku menatap mereka dengan dingin, dapat kutangkap gelagat yang tidak baik dari mereka.
   "Mau apa kalian?" Ucapku dengan intonasi suara yang agak tinggi.
   "Bu, mau aman? Kasih aja uang sama ponsel Ibuk sama kami," ujar pria yang berwajah brewok dengan matanya sambil menyapu sekeliling, seakan-akan memastikan kondisi yang memang sepi.
   "Saya tak bawa uang dan Hp" jawabku agak lirih.
   Ternyata sepertinya aku menghadapi preman kampung, yang hobi mabuk dan memalak masyarakat sekitar.
   Alika yang berada di belakang tubuhku, tiba-tiba merangkul pinggangku.