Mohon tunggu...
Megawati Sorek
Megawati Sorek Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 003 Sorek Satu Pangkalan Kuras Pelalawan Riau

Seorang guru yang ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sakau

29 April 2023   07:30 Diperbarui: 29 April 2023   07:45 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Den, kenapa Den? sakit ya? Bibik telpon Nyonya dulu, Den," bergetar suara wanita paruh baya yang telah lama bekerja di rumah ini, wajahnya menyiratkan kecemasan. Aku hanya mematung, merasakan tulang-tulang tubuhku yang ngilu, mengantuk hebat serasa menyerang. Bik Sumi bergegas keluar kamar. Sekian menit kembali lagi dengan membawa kotak P3K. Aku pun menutup mata, tertidur.

Sentuhan tangan pada pipi terasa lembut membelai, membuatku perlahan membuka mata. Terlihat wanita yang telah melahirkanku memandangi dengan derai air mata menghiasi pipinya. Menggunakan bandana berwarna menyala di atas kepalanya senada dengan warna baju yang ia kenakan. Masih terlihat modis dan cantik di usianya yang tak muda lagi.

"Maafkan, Mama, Nak," lirihnya. "Mama menyesal, menjadi orang tua yang tak memperhatikanmu lagi, hingga dirimu terjerat menjadi pemakai narkoba, Nak," ucapnya dengan sendu mendayu. Di belakang Mama yang bersimpuh di sampingku, berdiri seorang pria dewasa memandangiku dengan tatapan mata yang teduh. Aku melihatnya lalu ke wajah Mama dengan pandangan dengan pertanyaan --siapa dia?

"Ini Dokter, Om Antoni, yang akan merawat dan membimbingmu nanti di panti rehabilitasi, Nak," Mama menjelaskan seakan mengerti dengan penasaranku. Lelaki berwajah klimis itu menampilkan senyuman ramah.

Mama memelukku dengan erat, tangisannya semakin kuat membuat tubuhnya terguncang. Aku pun balas memeluknya. Melingkarkan kedua tangan ke punggungnya. Luka di pergelangan tanganku sudah beperban rupanya. Timbul rasa penyesalan yang kurasakan. Mengapa aku sampai menghancurkan hidupku dan menjadikan narkoba sebagai pelarian.

"Mama mohon, Nak, bulatkan tekadmu untuk lepas, Mama janji akan selalu berada di sisimu dan meninggalkan grup sosialita Mama," Mama berucap seraya melonggarkan pelukannya, membingkai wajahku dengan kedua tangannya. Matanya yang merah dan sembap menatapku dengan harapan besar.

Aku menganggukkan kepala tanda setuju dengan mantap. Secarik senyuman kuterbitkan. Mama pun ikut tersenyum. Kembali kami berpelukan.

~

Bionarasi

Megawati Sorek  penulis buku solo "Bu Guru, I Love You" dan kumcer "Entahlah" serta buku antologi yang telah mencapai 50-an lebih. Orangnya bisa oleng gitulah. Ngalur ngidul ngawur kagak jelas, hehehe.

Jejaknya bisa dilacak di akun Instagramnya yaitu #bundaaliqha. Kicauan serta statusnya terselip diakun aplikasi biru milik Mark Zuckerberg Facebook dengan nama Ayue Mega Bunda Aliqha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun