Mohon tunggu...
Megawati Sorek
Megawati Sorek Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 003 Sorek Satu Pangkalan Kuras Pelalawan Riau

Seorang guru yang ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sakau

29 April 2023   07:30 Diperbarui: 29 April 2023   07:45 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mana?" tanyaku cepat bersemangat. Senyumanku mengembang.

"Contoh barang ada, bawa sini!" Bobi memberi kode pada Aben dan Yudi dengan menyenggol siku salah satu dari mereka, dan mengarahkan pandangannya ke kamar. Aben dan Yudi beranjak menuju tempat penyimpanan. Mereka menyiapkan alat-alat, mengerjakan dan mengatur, aku hanya diam memperhatikan dengan saksama.

"Cobain, ini, harga memang lebih agak mahal!" Bobi berucap. Mereka tersungging miring, memberikan suntik bagianku.

Mengikuti intruksi cara memakai dari mereka, perlahan aku merasakan reaksi sensasi tenang, terbang dengan damai. Pikiran kosong menerawang mengawan jauh, terasa nikmat. Indah, sangat indah dan aku kesulitan untuk menjelaskannya. Pandanganku pun seperti menghilang.

***

Sejak saat itu aku semakin hanyut, terlena, tentunya merasa cukup bahagia. Dulu aku pernah merasa iri dengan hidup orang lain. Berbahagialah seorang anak dengan memiliki orang tua lengkap yang membersamai. Sekarang aku tak ambil pusing. Hidup yang kujalani hanya kumpul-kumpul, sediakan uang yang banyak selanjutnya bermanja dengan barang haram itu. Kedua orang tuaku telah resmi berpisah, telah membagi harta gono-gini. Bahkan kini mungkin disibukkan dengan jadwal berkencan.

Pagi Minggu yang cerah, cahaya matahari yang mentereng. Menembus di sela-sela tirai tipis di kamarku. Hari ini aku ada jadwal janji kumpul di markas, apalagi kalau bukan untuk memenuhi candu kami. Ketika akan bersiap, selesai mandi aku merasa keringat dingin mengucur deras, tubuhku bergetar, tepatnya mengigil seperti orang yang kedinginan. Kepala terasa berputar dan sedikit mual. Sedikit susah payah mengenakan pakaian dengan kondisi seperti itu. Sial, sakauku kambuh. 

Tak bisakah menunggu sebentar! Ketergantungan ini mendesakku. Memang terkadang aku merasa bodoh, hidup seperti tak berguna. Namun, aku juga begitu terbuai, bahkan seakan besar seperti Tuhan,  jika putau itu menyentuh dan menembus kulit.

Gigiku bergemeletuk , tubuh yang semula berdiri melorot ke bawah, untungnya  posisi menyandar ke dinding. Mata berulang kali mengerjap berupaya untuk tetap dalam kesadaran. Kedua tangan saling menggengam. Usahaku sia-sia tenaga  ini seperti terkuras, kelelahan. Jantung berdetak lebih laju, otot terasa kejang. Mencoba menghirup oksigen sekuat tenaga berharap pernapasan kembali stabil.  Sungguh rasa yang membuat menderita dan tersiksa.

Aku menuju meja cermin dengan tertatih, mengambil pisau cukur lalu membuka siletnya. Mengiris lengan sendiri dan menekan kuat irisannya. Darah yang keluar mengeluarkan aroma amis bercampur putau. Menjilatinya lalu menikmatinya. Menjilat lagi dan lagi, harum. Seperti ikan hiu yang haus darah begitulah gambaranku saat ini, mengerikan!

"Den, Den lagi ngapain? Tangan Den berdarah, Den Alex mau bunuh diri!" Terdengar suara teriakan Bik Sumi. Aku menoleh sekilas, dalam pandanganku yang kabur kulihat dia memasuki kamar membawa susu hangat dan sepiring nasi goreng pada nampan yang dipegangnya. Cepat ia meletakkan  sarapan tersebut ke meja, bergegas menghampiriku yang telah tertunduk lagi menghisap pergelangan lengan. Samar pandangan mataku terlihat perlahan-lahan mulai jernih, aku tersenyum kecut ke arahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun